Khutbah Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” [Quran Al-An’am: 60]
Ayat ini konteksnya berkaitan dengan orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui tatkala Allah membuat mereka tidur di malam hari, Allah tahu nanti di siang hari saat mereka bangun, mereka akan kembali berbuat kesyirikan dan kekufuran. Namun Allah dengan kasih sayang-Nya tetap membangunkan mereka, mengembalikan lagi ruh mereka, Allah tangguhkan usia mereka sampai batas usianya.
Hal yang serupa terjadi pada kita. Tatkala kita tidur, nyawa kita ditahan oleh Allah. Kemudian Allah kembalikan lagi nyawa kita sehingga kita terbangun, padahal Allah megetahui bahwa kalau kita bangun, kita akan kembali melakukan kedurhakaan dan kemaksiatan kepada-Nya. Namun Allah tunggu kita bertaubat. Allah tangguhkan sampai batas usia yang telah ditetapkan. Mudah-mudahan di rentang usia tersebut kita bertaubat dan kembali kepada-Nya. Itulah bentuk kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa bersyukur, taubat, dan istighfar kepada Allah dalam setiap detik demi detik perjalanan usia kita. Karena kita banyak salah, kita banyak sekali durhaka, sementara Allah selalu memberikan kesempatan kepada kita, padahal Dia Maha Mampu mencabut nyawa kita di detik saat kita sedang durhaka kepada-Nya.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Meskipun kehidupan kita dipenuhi dengan ragam kemaksiatan dan dosa, tentu kita sangat ingin agar akhir hayat kita ditutup dengan husnul khotimah. Saat ini kita tidak memandang masa lalu kita. Di masa silam, mungkin kita memiliki perbuatan yang malu kalau seandainya diceritakan saat ini. Jangankan diceritakan, kalau kita mengingatnya saja, kita merasa malu dan bersedih. Dan segera ingin kita kubur dalam-dalam.
Lalu amal apa yang perlu kita lakukan saat ini? Amal yang bisa kita prioritaskan memperbaiki diri kita dan menutup hidup kita dengan husnul khotimah? Pada prinsipnya, semua amal yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah amal yang utama. Karena tidak mungkin Allah mengajarkan suatu perbuatan kepada Nabi-Nya kecuali perbuatan tersebut adalah Istimewa dan utama. Namun, dari sekian banyak amalan tersebut kita perlu memperhatikan amalan mana yang prioritas.
Di antara amal prioritas yang hendaknya dilakukan seseorang terutama di usianya yang sudah tua adalah:
Pertama: Amalan ringan yang bisa dijangkau tapi bisa dikerjakan secara rutin.
Tatkala seseorang memiliki amalan dan amalan tersebut ia jadikan rutinitas atau agenda dalam harian atau pekanannya, maka amalan tersebut akan dicatatkan untuknya meskipun ia terhalangi mengerjakannya karena sakit atau sedang bersafar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرِضَ العَبْدُ أَوْ سَافَرَ كَتَبَ لَهُ مِنَ العَمَلِ مَا كَانَ يَعْمَلُهُ وَهوَ صَحِيْحٌ مُقِيْمٌ
“Apabila seseorang mengalami sakit atau sedang bersafar, maka tetap dicatatkan untuk apa yang rutin ia kerjakan di saat sehat dan mukimnya.” [HR. Al-Bukhari 2996].
Artinya, seseorang yang memiliki rutinitas membaca Alquran harian, pergi ke masjid sholat lima waktu, memiliki jadwal kajian rutin yang selalu ia ikuti di hari-hari yang memang dia jadwalkan, sedekah rutin, jadwal rutin berkunjung ke rumah orang tua dan saudara, dll dari bentuk ibadah rutinnya. Walaupun ia sedang terbaring sakit tidak berbuat apa-apa atau sedang keluar kota karena bersafar, semua pahala dari ibadah rutin tersebut akan tetap ia dapatkan meskipun ia sedang tidak mengerjakannya.
Catatannya adalah semua ini rutin ia lakukan hingga kondisi fisiknya tidak mampu beramal sakit dan safat atau bahkan tidak mampu lagi untuk diajak beramal karena udzur usia tua. Allah Ta’ala berfirman,
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” [Quran At-Tin: 6]
Terkait ayat ini, Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, mengatakan,
فَأَيُّمَا رَجُلٌ كَانَ يَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا وَهُوَ قَوِيٌّ شَابٌ، فَعَجَزَ عَنْهُ، جَرَى لَهُ أَجْرُ ذَلِكَ العَمَلُ حَتَّى يَمُوْتَ.
“Seseorang yang memilki kebiasaan beramal shaleh di saat dia kuat dan muda, lalu ia tidak mampu lagi mengerjakan amal tersebut, maka pahala amal tersebut akan tetap ia dapatkan hingga ia meninggal.”
Kalau ada istilah, “Olahraga adalah tabungan Kesehatan di usia tua.”, maka ibadah-ibadah ringan yang bisa kita jangkau dan rutin kita kerjakan adalah tabungan pahala di saat kita tidak lagi mampu mengerjakannya. Karena itu, perbanyaklah ibadah yang menjadi kebiasan.
Kedua: Memperbanyak Taubat dan Istighfar
Istighfar dan taubat adalah amalan manusia-manusia terbaik. Tatkala Rasulullah berusia lanjut, di usia 60 tahun, setelah hidup panjang dengan melakukan banyak ketaatan kepada Allah Ta’ala, di saat itu Allah menurunkan firman-Nya,
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” [Quran An-Nashr: 1-3].
Allah Ta’ala memerintahkan beliau untuk banyak-banyak bertaubat dan istighfar setelah sekian banyak amalan hebat yang beliau kerjakan. Berdakwah menyebarkan ilmu, berjihad, dll. kemudian Allah perintahkan menutup amalannya dengan istighfar dan taubat.
Demikian juga dengan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu, manusia terbaik setelah para nabi dan rasul. Abdullah bin Amr bin al-Ashr radhiallahu ‘anhuma mengatakan,
عَلِّمْنِي دُعَاءً أدْعُو به في صَلَاتِي -وَفِيْ رِوَايَةٍ: وفي بَيْتِي- ، قالَ: قُلْ: اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، ولَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلَّا أنْتَ، فَاغْفِرْ لي مَغْفِرَةً مِن عِندِكَ، وارْحَمْنِي إنَّكَ أنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Abu Bakr ash-Shiddiq bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, ajarkan aku sebuah doa yang bisa kubaca di dalam shalatku – dalam Riwayat lain ada tambahan: kubaca saat aku berada di rumah-.
Rasulullah mengatakan, “Bacalah ‘Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku (berbuat dosa) dengan kezaliman yang banyak. Tidak ada yang mengampuni dosa kecuali hanya Engkau. Karena itu, ampunilah aku dengan maghfiroh dari sisi-Mu. Sayangilah aku karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” [Shahih al-Bukhari 834].
Doa ini dianjurkan untuk dibaca setelah membaca tasyahhud akhir atau saat berada di rumah. Para ulama juga menyebut doa ini dengan dzikir saat di rumah.
Perhatikan! Kalau orang-orang yang berada di puncak keshalehan dan ketaatan diperintahkan untuk menjadi istigfar dan taubat sebagai amalan penutup dan amalan andalan, apalagi kita orang-orang yang penuh dengan dosa.
Ketiga: Husnus Zhan kepada Allah
Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat tiga hari sebelum wafatnya beliau,
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah” (HR. Muslim no. 2877).
Husnuz zhan itu diiringi dengan amal. Karena seseorang akan memiliki baik sangka tatkala ia sudah berusaha.
Demikian sebagai khotbah yang pertama,
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua:
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Amalan lainnya yang perlu diprioritaskan oleh seseorang, terutama bagi mereka yang sudah tua adalah meminimalisir potensi berbuat zalim kepada orang lain. Sufyan Ats Tsauri pernah berkata,
لَأَنْ تَلْقَى اللهَ تَعَالَى بِسَبْعِيْنَ ذَنْباً فِيْمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ؛ أَهْوَنُ عَلَيْكَ مِنْ أَنْ تَلْقَاهُ بِذَنْبٍ وَاحِدٍ فِيْمَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ العِبَادِ
“Andai Anda bertemu Allah dengan memikul tujuh puluh dosa yang kaitannya antara Anda dengan Allah, itu lebih ringan daripada Anda bertemu Allah, dengan membawa satu dosa, namun dosa itu kaitannya antara dirimu dengan manusia.” (Tanbih al Ghofilin, hal. 380).
Mengapa? Karena bertaubat kepada Allah atas dosa yang kaitannya dengan Allah membutuhkan tiga syarat: menyesal, berhenti mengerjakannya, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Adapun dosa yang kaitannya dengan sesama manusia, syaratnya empat. Tiga syarat di atas ditambah meminta maaf atau mengembalikan harta yang diambil kalau berkaitan dengan harta.
Dosa kepada Allah butuh tiga syarat, Allah Maha Pengampun. Sementara dosa meng-ghibahi orang lain yaitu menodai kehormatannya, memfitnahnya, mengejeknya, merendahkannya, memukul, menumpahkan darah, mengambil hartanya, mengurangi jatah haknya, membuat hatinya sakit, membuat ia bersedih karena kezaliman, dll. bisa jadi hal itu sulit dimaafkan manusia.
Karena itu, jauhilah perbuatan zalim. Dan banyak-banyaklah meminta maaf serta berbuat baik kepada mereka yang kita zalimi.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memaafkan kesalahan-kesalahan kita dan memberi taufik kepada kita untuk banyak melakukan ketaatan kepada-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang Allah anugerahkan husnul khotimah dan dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kebahagiaan.
﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
اللَّهمَّ أسألُكَ حُبَّكَ ، وحَبَّ مَن يُحِبُّكَ ، وحُبًّا يُبَلِّغُني حُبَّكَ
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، ) وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ( .
Oleh Nurfitri Hadi, MA.
Artikel www.KhotbahJumat.com