Khutbah Pertama.
الحمد لله رب العالمين على فضله وإحسانه، شرع لعباده التزاوج لإنجاب الأولاد، وأشهدٌ أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، شهدتاً أدخرها ليوم المعاد، وأشهدٌ أن محمداً عبده ورسوله وخيرته من سائر العباد، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه البررة الأمجاد، وسلم تسليماً كثيرا، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, atas rahmat dan karunia-Nya, yang telah mensyariatkan bagi hamba-hamba-Nya perkawinan dan berketurunan. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, yang tidak memiliki sekutu, dengan persaksian yang menjadi simpanan di hari Kiamat dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya, Rasul-Nya, dan pilihan-Nya dari semua hamba-hamba-Nya, semoga salawat Allah dan salam-Nya yang melimpah ruah tercurahkan untuknya, keluarganya dan para sahabatnya yang saleh lagi mulia, adapun berikutnya:
Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah Ta’ālā! Ketahuilah bahwa anak-anakmu memiliki hak atasmu, sebagaimana kamu memiliki hak atas mereka. Maka berilah mereka hak-hak mereka agar mereka juga menunaikan hak-hakmu kepadamu, karena ganjaran yang didapat adalah sesuai dengan apa yang dilakukan. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بِرُّوا آبَائَكُمْ تَبُرُّكُمْ أَبْنَائُكُم
Artinya: “Berbaktilah kepada bapak-bapakmu, niscaya anak-anakmu akan berbakti padamu.”
Wahai hamba-hamba Allah! Islam sangat memperhatikan masalah keturunan dan anak-anak dengan perhatian yang sempurna, karena anak keturunan adalah putra-putri Islam dan merekalah yang akan menggantikan bapak-bapaknya dan melaksanakan tugas-tugas Islam. Oleh karena itu, memperhatikan mereka adalah kewajiban bagi orang tua dan pemerintah hingga mereka tumbuh dan dididik dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi sebaik-baik penerus bagi sebaik-baik pendahulu mereka.
(1). Doa
Para Nabi dahulu, ‘alaihimuṣ ṣalātu was salām, senantiasa berdoa kepada Allah agar memberikan mereka keturunan yang baik. Ibrahim ‘alaihiṣ ṣalātu was salām berkata:
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ الصَّالِحِينَ
Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100).
Nabi Zakaria ‘alaihiṣ ṣalātu was salām berdoa:
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. Ali ‘Imran: 38).
Sehingga tujuannya bukan sekedar punya keturunan saja, melainkan keturunan yang saleh dan baik.
(2). Memilih Calon Ibu yang Salehah
Oleh sebab itu Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menghimbau seseorang untuk memilih seorang istri yang salehah dan lurus agamanya, karena dia adalah tanah di mana dia akan menabur benihnya untuk bercocok tanam tanaman dan tetumbuhan yang baik. Allah Jalla wa ‘Alā berfirman:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ
Artinya: “Isteri-isterimu adalah (layaknya) tanah tempat kamu bercocok tanam.” (QS. Al-Baqarah: 223).
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya: “Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya, maka pilihlah karena agama baik, niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari).
Wanita yang baik agamanya adalah yang harus diupayakan oleh seorang Muslim, bukan sekedar melihat kecantikannya, hartanya atau kedudukannya, melainkan mempertimbangkan agamanya karena dia menginginkannya melahirkan anak yang baik dan inilah yang dituntut darinya. Adapun kecantikan, harta, dan kedudukan adalah hal-hal yang bisa hilang dan pengaruhnya tidak akan kekal, berbeda dengan agama yang pengaruhnya kekal dan terus berlanjut.
(3). Memilihkan Nama yang Baik
Kemudian jika seorang Muslim mendapatkan anak, hendaknya ia memuji Allah atas nikmat itu dan bersyukur kepada-Nya. Kemudian dia memilihkan baginya nama baik seperti nama para Nabi dan orang-orang saleh. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَأَحَبُّ الأسْمَاءِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Artinya: “Nama yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR. Bukhari).
Sehingga dia menjadi penyembah Allah ‘Azza wa Jalla.
(4). Akikah
Demikian juga disyariatkan baginya untuk melakukan akikah untuknya dengan menyembelih hewan akikah untuk menebusnya dari tawanan setan. Bayi laki-laki diakikahi dengan dua kambing dan bayi perempuan dengan satu kambing yang disembelih dirumah dan dibagi-bagikan sebagian dagingnya dan dimakan sebagiannya lagi, yang dengannya keluarga di rumah bersukacita sebagai wujud syukur kepada Allah Subẖānahu wa Ta’ālā. Hal ini akan membawa dampak yang baik pada anak dan memberi pengaruh baik padanya.
(5). Mengajari Salat dan Memisahkan Tempat Tidur
Kemudian jika bayi sudah mencapai usia tujuh tahun dan mencapai usia Tamyiz, maka hendaknya dia memerintahkannya untuk salat dan jika dia mencapai sepuluh tahun, dia boleh memukulnya untuk itu dan memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan dan juga antar anak-anak. Jangan biarkan mereka tidur bersama-sama dalam satu ranjang karena dikhawatirkan terjadi fitnah. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ
Artinya: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena itu (yaitu jika dia tidak salat dan bermalas-malasan melaksanakannya) ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud).
Inilah yang Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam perintahkan terhadap anak-anak, yaitu orang tua menyuruh mereka salat ketika usianya tujuh tahun, memukulnya ketika usianya sepuluh tahun, dan mendidik mereka dengan kebaikan, bukan dengan apa yang dikabarkan surat kabar hari ini dan orang-orang durjana yang mempromosikan bahaya kekerasan dalam rumah tangga namun dengan maksud agar Anda tidak mendidik anak-anak Anda dan membiarkan mereka menuruti syahwat dan keinginan mereka. Pendidikan yang baik dan menjauhkan mereka dari adab yang buruk mereka sebut kekerasan rumah tangga–semoga Allah burukkan mereka. Sudah menjadi kewajiban mereka untuk menyuruh mereka salat, mengajari mereka hukum-hukum bersuci, al-Qur’an yang mereka akan baca dalam salat mereka, dan zikir dan bacaan yang diucapkan dalam salat, serta gerakan-gerakannya. Mereka ajak anak laki-laki mereka ke masjid ketika mereka kecil untuk mengajari mereka salat berjamaah dan bergabung dengan umat Islam lainnya dalam salat dan zikir kepada Allah Subẖānahu wa Ta’ālā.
Semua ini adalah kewajiban para ayah dan ibu dan mereka semua akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajiban tersebut atas anak-anak mereka. Bahkan, bukan itu saja, orang tua harus membesarkan anak-anak mereka di atas perbuatan baik dan adab Islam dan melindungi mereka dari teman-teman yang buruk.
(6). Menghindarkan Anak dari Teman yang Buruk
Di antara teman yang mereka dapatkan seperti di rumah, di jalan-jalan, di sekolah, sehingga jangan biarkan mereka pergi ke mana saja yang mereka inginkan dan bergaul dengan siapa pun yang mereka inginkan, terutama pada zaman ini ketika keburukan telah merajalela dan banyak yang menjemput anak-anak untuk merusak akidah dan menghancurkan moral mereka. Jadi ayah tidak boleh membiarkan anaknya pergi ke mana saja yang dia mau, ke tempat-tempat berkumpul yang mencurigakan, di tempat-tempat singgah, atau perjalanan-perjalanan atau di tempat-tempat lain yang di sana dimasuki orang-orang durjana untuk menyebarkan racun mereka di tengah anak-anak dan menebarkan buruknya rokok, minuman keras, penyalahgunaan narkoba, dan yang lebih parah dari itu semua adalah mendoktrin mereka dengan pemikiran-pemikiran yang buruk dan jahat, menjadikan mereka anak-anak yang membenci kita, masyarakat mereka, bahkan membenci orang tua dan kerabat-kerabat mereka. Dalam hati mereka tumbuh rasa ingin menjauh dari masyarakat, oleh sebab itu mereka membawa senjata-senjata mereka melawan masyarakat, meledakkan, merusak, dan mengafirkan. Semua ini akibat kelalaian orang tua yang membiarkan anak-anaknya mengembara dan pergi ke mana pun mereka mau, karena sang ayah sibuk dengan urusan duniawinya, perdagangannya, dan penghasilannya. Dia tidak pernah mempertanyakan anak-anaknya, sedangkan ibu juga sibuk dengan pekerjaan dan studinya, dan menyerahkan pendidikan mereka kepada pengasuh yang mungkin tidak memiliki rasa kasih terhadap anak-anak, bahkan mungkin mereka adalah pengasuh yang buruk, dari mana kesalehan anak akan muncul, dengan adanya semua perkara berbahaya ini? Orang tua harus menyadari hal itu.
Wahai hamba-hamba Allah! Barang siapa melihat degradasi akhlak dan perilaku anak-anak di negeri, Anda lihat mereka mengendarai mobil mewah mereka, memainkannya di arena-arena atraksi dan menceburkan diri mereka sendiri dan orang lain dalam bahaya, melepaskan rasa malu mereka dan menghamburkan uang, pendidikan macam apa ini? Inilah pendidikan yang buruk! Anda melihat mereka mencoret-coret dinding dan mengotori bangunan dengan tulisan-tulisan kotor atau mungkin menulis bait-bait syair yang keji dan buruk yang mereka pelajari dari teman-teman buruk mereka atau dari media sosial dan kanal-kanal siaran. Mereka sebarkan itu semua di dinding-dinding. Tulisan-tulisan buruk ini menunjukkan siapa penulisnya yang menyimpang pikirannya dan perilakunya, dan yang terdidik di atas keburukan. Ini tidak ditemukan bahkan di negara-negara kafir ini sekalipun, tidak ada perilaku dan fenomena buruk seperti ini yang membuat citra Islam menjadi buruk. Jika musuh melihat fenomena semacam ini, dia akan menggambarkan Islam sebagai agama yang abai, keras, dan kejam, karena melihat perbuatan menyimpang ini dalam kehidupan dan perilaku mereka, kemudian menyandarkannya pada agama Islam padahal Islam berlepas diri dari hal itu.
Wahai hamba-hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah dan lindungilah anak-anak Anda sebagaimana Anda melindungi harta Anda atau bahkan lebih dari itu, sebagaimana Anda menjaga hewan-hewan yang Anda miliki dari pencuri, serigala dan pemangsa. Anak-anak Anda lebih berharga dari itu! Lindungilah anak-anak Anda karena, –sebagaimana Anda tahu–, Anda hidup di zaman yang mana keburukan dan fitnah telah merajalela. Musuh menyerang kita dengan segala cara dengan merusak putra dan putri kita, jadi hendaknya kita waspada terhadap hal itu.
Wahai hamba-hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah dan perhatikan anak-anak Anda. Awasi anak-anak Anda sebelum mereka lepas dari kendali Anda, dan sebelum Anda tidak dapat mengembalikan mereka kepada akhlak baik dan perilaku yang mulia.
إن الغصون إذا اعتدتها اعتدلت *** ولا تلين إذا كانت من الخشب
Ranting-ranting akan lurus jika diluruskan namun tidak akan lunak jika terlanjur menjadi kayu.
Jika sudah terlambat, Anda tidak akan bisa mengembalikan anak-anak Anda. Hanya penyesalan yang akan kekal dalam hati Anda serta kesedihan dalam diri Anda karena kehilangan anak-anak yang sudah menjadi musuh Anda dan masyarakat Anda.
Wahai hamba-hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah! Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ* وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنْ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ* وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ* يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ* يَا بُنَيَّ أَقِمْ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنْ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ* وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ* وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ * Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, dan hanya kepada-Ku kamu kembali. * Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku kamu kembali dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. * (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Mahatahu. * Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). * Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. * Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.'” (QS. Luqman: 12-19)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعنا بما فيه من البيان والذكر الحكيم، أقولُ قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين من كل ذنب، فاستغفروه إنَّه هو الغفور الرحيم.
Semoga Allah memberkahi saya dan kalian dalam al-Qur’an yang agung dan memberikan kita manfaat di dalamnya berupa penjelasan dan peringatan yang penuh hikmah. Aku cukupkan ucapakanku ini dan aku meminta ampun kepada Allah untuk diriku sendiri, kalian, dan semua umat Islam dari semua dosa-dosa. Memohonlah ampun pada-Nya karena sungguh Dia Maha Pengampun dan Maha Pengasih.
Khutbah Kedua
الحمد لله على فضله وإحسانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيماً لشأنه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه، وسلم تسليماً كثيرا، أما بعد:
Segala puji bagi Allah atas kemurahan dan karunia-Nya. Saya bersaksi dengan pengagungan atas kedudukan-Nya bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang menyeru kepada keridaan-Nya. semoga salawat Allah dan salam-Nya yang melimpah ruah tercurahkan untuknya, keluarganya dan para sahabatnya yang saleh lagi mulia, adapun berikutnya:
Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah Ta’ālā. Ketahuilah bahwa kesalehan anak-anak tidak mungkin terwujud kecuali dengan upaya orang tua dan tidak akan didapat kecuali dengan berbagai sebab yang diusahakan orang tua berupa perhatian dan pendidikan di atas kebaikan, kesalehan, dan istiqamah. Sudah tentu bahwa orang tua akan lelah dan letih dalam mendidik anak-anaknya, tapi hendaknya bersabar melakukannya dan terus bersabar karena ini adalah kewajibannya dan mereka adalah anak-anaknya sendiri, dia yang bertanggung jawab atas mereka di hadapan Allah Jalla wa ‘Alā. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).
Sungguh anak-anak saleh akan memberi manfaat bagi orang tua mereka kelak, baik ketika masih hidup atau sudah meninggal, sehingga mereka bisa mendapatkan manfaat dari bakti, silaturahmi, dan kebaikan mereka terutama ketika sudah tua dan saat membutuhkan bantuan. Bahkan mereka akan tetap berbuat baik kepada mereka setelah mereka meninggal dengan menunaikan wasiat-wasiat mereka, mengisi waktu-waktu mereka, membantu saudara dan saudari mereka yang masih kecil, dan tentu juga mendoakan mereka, bersedekah untuk mereka, berhaji dan umrah untuk mereka, dan berbakti kepada mereka. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Yakni, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim).
Maka didiklah anak-anak Anda dalam kebaikan agar Anda mendapatkan manfaat besar ini sekaligus menunaikan kewajiban Anda terhadap mereka.
Dan ketahuilah, bahwa sebaik-baik ucapan adalah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang baru dalam agama dan setiap bid’ah adalah kesesatan. Tetaplah bersama al-Jama’ah, karena tangan Allah di atas al-Jama’ah sedangkan orang yang menyimpang akan menyimpang di Neraka.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّم على عبدِك ورسولِك نبينا محمَّد، وارضَ اللَّهُمَّ عن خُلفائِه الراشدين، الأئمة المهديين، أبي بكر، وعمرَ، وعثمانَ، وعليٍّ، وعَن الصحابة أجمعين، وعن التابِعين، ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يومِ الدين.
Ya Allah, limpahkanlah salawat dan salam atas hamba dan utusan-Mu, Nabi kami Muhammad. Ya Allah, ridailah para khalifah yang terbimbing, imam-imam petunjuk, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan semua sahabat, tabi’in, serta semua orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Kiamat.
اللَّهُمَّ أعز الإسلام والمسلمين، وأذل الشرك والمشركين، ودمر أعداء الدين، وجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين عامةً يا رب العالمين، اللَّهُمَّ من أراد الإسلام والمسلمين بسوء فأشغله بنفسه، وردد كيده في نحره، وكفنا شره إنك على كل شيء قدير، اللَّهُمَّ ولي علينا خيارنا، وكفينا شر شرارنا، ولا تسلط علينا بذنوبنا ما لا يخافك ولا يرحمنا، اللهم أصلح إمامنا وفقه لما فيه الخير والصلاح للإسلام والمسلمين، اللهم أصلح ولاة أمور المسلمين في كل مكان، اللهم أصلح بطانتهم وجلسائهم ومستشاريهم ومن حولهم، اللهم أبعد عنهم جلساء السوء وبطانة السوء يا رب العالمين رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.
Ya Allah, muliakanlah Islam dan Muslimin, hinakanlah kemusyrikan dan orang-orang musyrik, hancurkan musuh-musuh agama Islam, dan jadikan negara ini negera yang aman dan tenteram, dan juga negara-negara Muslim pada umumnya, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, orang yang menginginkan keburukan untuk Islam, sibukkan dia dengan urusannya sendiri, balikkanlah tipu dayanya kepada dirinya sendiri, dan hentikan dari kami kejahatan mereka, sungguh Engkau Mahamampu atas segala sesuatu. Ya Allah, kuasakan atas kami orang terbaik di antara kami, lindungi kami dari kejahatan orang-orang di antara kami, dan jangan kuasakan atas kami karena dosa-dosa kami orang yang tidak takut kepada-Mu dan tidak berbelas kasihan pada kami. Ya Allah, perbaiki para pemimpin umat Islam di semua wilayah. Ya Allah, perbaikilah orang-orang terdekat mereka, teman-teman mereka, penasihat mereka, dan orang-orang di sekitar mereka. Ya Allah jauhkan mereka dari teman-teman yang buruk dan kaki tangan mereka yang buruk, wahai Tuhan semesta alam. Ya Tuhan kami, terimalah dari kami, sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
عبادَ الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ، فاذكروا اللهَ يذكُرْكم، واشكُروه على نعمِه يزِدْكم، ولذِكْرُ اللهِ أكبر، واللهُ يعلمُ ما تصنعون.
Wahai Hamba-hamba Allah! “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah kalian itu sesudah kalian meneguhkannya, sedang kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An-Nahl: 90-91). Ingatlah Allah niscaya Allah akan mengingatmu dan syukuri nikmat-Nya niscaya dia menambah bagimu. “Dan sesungguhnya mengingat Allah (dalam salat) adalah lebih besar (keutamaannya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45)