Khutbah Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Bagian dari kebahagiaan yang disediakan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada penduduk surga adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mempertemukan mereka semua dengan pasangan mereka dan anak-anaknya. Dengan orang tua dan keluarganya. Karena kita menyadari, ketika kita sedang berbahagia dan di saat yang sama kita mendapatkan informasi bahwa sebagian dari orang tua, anak, saudara, dan keluarga kita berada dalam posisi mengalami kekurangan, maka kita tidak bisa menikmati kebahagiaan yang sedang kita alami itu dengan sempurna.
Karena itulah, termasuk kesempurnaan kebahagiaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada penduduk surga adalah Allah buat mereka bertemu dengan anggota keluarganya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Surat Ath-Thur ayat 21:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” [Quran Ath-Thur: 21].
Di dalam Tafsir ath-Thabari terdapat sebuah nukilan ucapan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma saat menafsirkan ayat ini. Beliau mengatakan,
إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَيَرْفَعُ ذُرِّيَةَ المُؤْمِنِ فِي دَرَجَتِهِ، وَإِنْ كَانُوْا دُوْنَهُ فِي العَمَلِ، لِيُقِرَّ بِهِمْ عَيْنَهُ
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala (di surga) akan mengangkat keluarga orang-orang beriman hingga sama kedudukannya dengan mereka. Walaupun amalan mereka di bawahnya. Hal itu Allah lakukan untuk membuat mereka bahagia.”
Ini anugerah yang luar biasa. Tatkala ada salah satu anggota keluarga yang lebih bertakwa, lebih banyak beramal shaleh. Bisa jadi suami lebih bertakwa dibanding istri atau sebaliknya. Atau bisa jadi anak lebih dalam ilmu agama dan banyak amalnya. Tatkala mereka semua masuk ke dalam surga, lalu berada di tingkatan surga yang berbeda. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mempertemukan mereka dengan cara mengangkat kedudukan anggota keluarga yang berada di surga yang lebih rendah bertemu dengan anggota keluarga yang berada di surga yang lebih tinggi. Meskipun amalan mereka tidak sama saat di dunia.
Di dalam riwayat lain dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya Said bin Jubair murid Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatkaan, menurutnya Rasulullah yang bersabda, bukan ucapan Abdullah bin Abbas:
إِذَا دَخَلَ الرَجُلُ الجَنَّةَ سَأَلَ عَنْ أَبَوَيْهِ وَزَوْجَتِهِ وَوَلَدِهِ، فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ لَمْ يَبْلُغُوْا دَرَجَتَكَ. فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ، قَدْ عَمِلْتُ لِيْ وَلَهُمْ. فَيُؤْمَرُ بِإلِحْاقِهِمْ بِهِ، وَقَرَأَ اِبْنُ عَبَّاسٍ (والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ) الآية .
“Apabila seseorang memasuki surga, ia akan bertanya tentang kedua orang tuanya, pasangannya, dan anak-anaknya. Lalu diberikan jawaban untuknya, ‘Kedudukan mereka tidak mencapai kedudukanmu’. Kemudian ia berkata, ‘Wahai Rabbku, aku beramal untuk diriku dan untuk mereka’. Lalu Allah perintahkan agar keluarganya dipertemukan dengannya.” Setelah itu, Abdullah bin Abbas membaca ayat:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” [Quran Ath-Thur: 21].
Dengan demikian, siapa yang menduduki surga yang lebih tinggi dan dengan catatan anggota keluarga yang lain juga berada di surga, maka yang berkedudukan lebih tinggi ini berjasa mengangkat semua anggota keluarga yang lain berada di level tinggi yang sama.
Dengan demikian jamaah yang dimuliakan Allah,
Perjuangan kita dalam beramal ternyata memberikan manfaat untuk anggota keluarga yang lain. Tatkala Anda berada di surga yang lebih tinggi, ini adalah anugerah yang luar biasa bagi orang tua. Bisa jadi saat di dunia kita tidak bisa menghajikan mereka. Barangkali saat di dunia kita tidak mampu memberikan hadiah berupa rumah untuk mereka. Namun perjuangkanlah untuk menjadi anak shaleh yang surganya lebih tinggi dibanding orang tuanya. Sehingga nanti di akhirat kita bisa memberikan hadiah yang lebih hebat. Yaitu surga yang lebih tinggi dibandingkan surga yang seharusnya mereka tempati.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Kondisi sebaliknya terjadi kepada orang-orang yang mendapatkan hukuman dari Allah Ta’ala. Yaitu hukuman di neraka. Orang yang tidak mendapatkan surga akan dipisahkan dari anggota keluarganya. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Az-Zumar ayat 15:
قُلْ إِنَّ ٱلْخَٰسِرِينَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ
Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Quran Az-Zumar: 15]
Apa kaitannya dengan anggota keluarganya? Sehingga orang ini disebut oleh Allah merugikan dirinya sendiri dan anggota keluarganya, padahal yang bersalah adalah dia. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan,
تَفَارَقُوْا فَلَا الْتِقَاءَ لَهُمْ أَبَدًا، سَوَاءُ ذَهَبَ أَهْلُوْهُمْ إِلَى الجَنَّةِ وَقَدْ ذَهَبُوْا هُمْ إِلَى النَّارِ، أَوْ أَنَّ الجَمِيْعَ أَسْكَنُوْا النَّارَ، وَلَكِنْ لَا اجْتِمَاعَ لَهُمْ وَلَا سُرُوْرَ
“Mereka semua berpisah. Tidak ada lagi pertemuan untuk selama-lamanya. Baik anggota keluarganya yang menuju surga sementara mereka terbenam di dalam neraka. Atau kedua belah pihak semuanya menghuni neraka. Tapi, tidak ada pertemuan untuk mereka dan tidak ada kebahagiaan.”
Semoga Allah melindungi kita dari kondisi yang demikian.
Jamaah bisa membayangkan, seseorang yang berada di dalam penjara, sementara anggota mereka bebas. Atau keduanya sama-sama di dalam penjara. Saat mereka berada dalam satu sel, mereka masih merasakan kebahagiaan. Namun akan terasa tersiksa batin mereka tatkala mereka dipisahkan.
Inilah kondisi penduduk neraka. Tatkala mereka sekeluarga masuk ke dalam neraka, sama-sama berada di tempat yang hina, ditambah lagi tidak dipertemukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, Allah menutup ayat yang mengisahkan tentang kondisi penghuni neraka ini dengan mengatakan,
أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ
“Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”
Dengan demikian jamaah yang dimuliakan Allah,
Perjuangan kita untuk masuk ke dalam surga bukanlah perjuangan untuk kepentingan pribadi saja. Ini adalah perjuangan yang kita niatkan agar semua anggota keluarga kita bisa kita boyong semua masuk ke dalam surga. Baik orang tua kita, istri dan anak-anak kita, saudara-saudara kita, atau siapapun orang dekat kita.
Karena kenikmatan yang hakiki adalah tatkala kita menikmati sebuah tempat yang nyaman bersama seluruh anggota keluarga kita. Demikian sebagai khotbah yang pertama.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua:
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:
Jamaah yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Itulah harapan dan cita-cita. Untuk mendapatkan itu manusia harus melakukan perjuangan. Dan salah satu perjuangan untuk mendapatkan hal itu telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Quran At-Tahrim: 6]
Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu tatkala menafsirkan ayat ini, beliau mengatakan, “Ajarkan ilmu (agama) kepada mereka dan ajari mereka adab.”
Hadirkan ilmu dan adab di dalam rumahmu. Artinya, menjadi tanggung jawab kepala rumah tangga untuk mengajarkan anggota keluarga mereka. Artinya, perjuangan untuk masuk surga yang harus kita tempuh adalah dengan mempelajari agama. Kita buat pengajian di rumah. Atau kita ajak anggota keluarga kita dekat dengan ilmu agama. Mudaha-mudahan dengan perjuangan ini, Allah berikan untuk kita pahala dengan masuk surga sekeluarga.
Dan terakhir, khotib ingin menyampaikan salah satu kewajiban bagi kepala rumah tangga adalah memastikan harta yang mereka bawa ke rumah adalah harta yang halal. Karena harta yang haram akan membawa kita dan anggota keluarga kita terbenam di neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
Setiap daging yang tumbuh dari yang tidak halal, maka neraka yang lebih pantas baginya. [HR. Ahmad 3/32].
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik untuk mempelajari agamanya dan mengamalkannya. Serta menjadikan kita para pemburu surga bukan para pemburu dunia.
﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
اللَّهمَّ نَسألُكَ حُبَّكَ ، وحَبَّ مَن يُحِبُّكَ ، وحُبًّا يُبَلِّغُني حُبَّكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا ، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِيمَانِ ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، ) وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ( .