Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Mari bersama menabung pahala amal jariyah untuk kehidupan kita kelak di akhirat.   BSI: 7086882242
a.n. Yayasan Yufid Network  

Seluruh dana untuk operasional produksi konten dakwah di Yufid: Yufid.TV, YufidEDU, Yufid Kids, website dakwah (KonsultasiSyariah.com, Yufid.com, KisahMuslim.com, Kajian.Net, KhotbahJumat.com, dll).

Yufid menerima zakat mal untuk operasional dakwah Yufid

Akhlak dan Muamalah

Harapan Kosong

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Setiap orang yang beramal di muka bumi ini, tentu dia mengharapkan sesuatu. Karena setiap orang yang bergerak, dia berharap balasan dari apa yang dia lakukan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan bagia siapapun yang beramal sholeh, dia akan mendapat ganjaran yang besar di hari kiamat. 

Lalu, apa yang terjadi kalau ada seseorang yang capek beramal. Dia lelah melakukan aktivitas di dunia dan punya harapan, namun ternyata harapan itu kosong. Tidak berujud apapun. Ia tidak mendapatkan apapun dari lelah yang telah ia lakukan. Di dalam Alquran, disebutkan bahwa orang-orang kafir memiliki harapan yang besar, mereka pun berjuang melakukan alaman, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan harapan itu kosong ketika mereka berada di hari kiamat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Quran An-Nur: 39].

Allah Ta’ala menjelaskan bahwa amalan orang-orang kafir itu seperti fatamorgana di padang pasir. Dan manusia yang dalam kondisi kehausan menyangka itu adalah air, tentunya ia akan berjuang untuk mendatanginya. Ia tambah tenaganya. Ia tambah kekuatannya untuk mengejar air itu. 

Begitu orang kafir ini sampai di tempat yang dia sangka air tadi, ia tidak mendapatkan apapun. Yang ada hanyalah Allah menghitung semua perbuatan buruk dan dosa yang mereka kerjakan. Allah akan beri balasan untuk mereka atas dosa-dosa tersebut.

Mereka mempertanyakan perbuatan yang mereka sangka kebajikan yang dulu mereka kerjakan, namun mereka sama sekali tidak mendapatkannya. Bagaikan fatamorgana. Padahal dulu mereka telah berlelah-letih dulu saat di dunia. Ternyata saat sudah tiba di tempat tujuan, mereka tak mendapatkan apa-apa. 

Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ أَعْمَٰلُهُمْ كَرَمَادٍ ٱشْتَدَّتْ بِهِ ٱلرِّيحُ فِى يَوْمٍ عَاصِفٍ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا۟ عَلَىٰ شَىْءٍ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلْبَعِيدُ

“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [Quran Ibrahim: 18].

Jamaah bisa membayangkan bagaimana kondisi abu yang ditiup angin. Bukan angin biasa, tapi angin yang kencang. Dia pasti akan terbang bertaburan kemana-mana, taka da yang mampu mengumpulkannya. Tercecer tidak bisa lagi memiliki nilai. Demikianlah Gambaran yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang nilai amalan orang-orang kafir di akhirat. Seberapa hebat apapun amalan yang mereka kerjakan. Mereka telah bercapek-capek dan berlelah-lelah tatkala di dunia, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa dari yang mereka usahakan.

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah membawakan sebuah riwayat dalam kitab tafsir beliau dari seorang ulama tabi’in Abu Imran al-Jauni. Abu Imran al-Jauni mengisahkan tentang kedatangan Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu yang datang ke Syam. Saat itu, Syam sudah masuk menjadi wilahay kekuasaan kekhilafahan Islam.

Syam adalah sebuah wilayah bekas kekuasaan Romawi yang beragama Nasrani. Dan masih banyak orang yang beragama Nasrani di sana di masa pemerintah Umar bin al-Khattab, demikian juga dengan saat ini. Saat itu mereka tetap memilih berada di atas keyakinan mereka dan lebih memilih untuk membayar jizyah, tidak memeluk Islam. 

Saat Umar mengunjungi Syam, beliau melewati rumah seorang pendeta dan saat itu biasanya rumah mereka berada di lingkungan tempat ibadah. Lalu Umar memanggilnya,

يَا رَاهِبٌ، يَا رَاهِبٌ… فَأَشْرَفَ. قَالَ: فَجَعَلَ عُمَرُ يَنْظُرُ إِلَيْهِ وَيَبْكِي. فَقِيْلَ لَهُ: يَا أَمِيْرَ المُؤْمِنِيْنَ، مَا يُبْكِيْكَ مِنْ هَذَا؟ قَالَ: ذَكَّرْتُ قَوْلَ اللهِ، -عَزَّ وَجَلَّ- فِيْ كِتَابِهِ: (عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً) فَذَاكَ الَّذِيْ أَبْكَانِيْ .

Umar memanggil pendeta itu di rumahnya, “Hai Rahib! Hai Rahib”! Pendeta itu muncul. Umar melihat si pendeta lalu menangis. Melihat tangisan Umar, ada yang bertanya, “Hal apa dari orang itu yang membuat Anda menangis, Amirul Mukminin”?

Perhatikan jawaban Umar bin al-Khattab, “Aku teringat akan firman Allah di dalamnya kitabnya,

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً

“Bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka).” [Quran Al-Ghaziyah: 3-4].

Inilah yang membuatku menangis.” Jawab Umar.

Rahbaniyah atau kerahiban adalah kehidupan membujang seumur hidup. Kehidupan menyendiri terpisah dari kehidupan dunia. Mereka menganggap ini adalah bentuk ibadah. Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan,

وَرَهْبَانِيَّةً ٱبْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَٰهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ٱبْتِغَآءَ رِضْوَٰنِ ٱللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَـَٔاتَيْنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

“Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah.” [Quran Al-Hadid: 27].

Menahan syahwat dengan cara membujang dan memisahkan diri dari aktivitas dunia adalah sesuatu yang berat. Namun mereka lakukan karena menganggapnya sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Namun, Allah jadikan harapan pahala itu kosong. 

Kondisi seperti ini bisa juga terjadi pada umat Islam. Dia beramal dengan capek, Lelah, dan letih, namun harapannya akan mendapatkan pahala adalah harapan kosong. Kapan itu terjadi? Yaitu tatkala seorang muslim beramal, tapi landasannya adalah hadits palsu. Misalnya, ada sebuah ucapan yang menyatakan siapa mengamalkan demikian, maka akan mendapatkan demikian dan demikian berupa ampunan dan pahala. Ucapan ini, dinisbatkan oleh orang yang mengatakannya adalah ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atau hadits dan sunnah beliau.

Begitu dia mengamalkannya, dia harapkan pahala di akhirat, ternyata itu adalah ajakan dusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, sangat rugi bagi seseorang yang telah meluangkan waktuny, mungkin bisa jadi dia mengeluarkan hartanya untuk mengamalkan sesuatu, lalu saat di akhirat ia menunggu pahala dan balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, ternyata itu adalah hadits palsu. Oleh karena itu, kita perlu waspada dan perlu tetap kritis dan bertanya tentang masalah agama.

Demikian juga seorang muslim yang rajin beramal, namun dalam kehidupannya ia pernah berbuat kesyirikan. Dan dosa syirik ini ia bawa mati tanpa melakukan taubat atas dosa tersebut. Maka, semua amalannya akan dihapus. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah Ta’ala kepada para nabi dan rasul, termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika engkau berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Quran Az-Zumar: 65].

Dan jamaah yang dimuliakan Allah, dalam masalah kesyirikan, Allah Ta’ala tidak memberikan kompromi sedikit pun. Siapapun pelakunya walaupun dia adalah orang yang paling Allah cintai, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Andaikan, andaikan.. beliau berbuat syirik, maka Allah tidak memberi kompromi seluruh amalnya akan hapus. 

Karena itu, sangat disayangkan apabila seorang muslim memiliki amal ibadah yang banyak; baca Alquran, puasa, haji, dan umroh, namun ia melakukan kesyirikan. Dia sendiri yang membatalkan ibadah itu semua dengan melakukan pelanggaran yaitu praktek kesyirikan atau praktek kekufuran. 

Semoga kita Allah jadikan orang yang beramal dengan memperhatikan landasan hukum dari yang kita kerjakan, apakah shahih ataukah tidak. Dan kita diajuhkan dari praktek kesyirikan kita. Dan kita berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan amal kita untuk mendapatkan pahala kelak di hari kiamat. 

Demikian sebagai khutbah yang pertama.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Setelah kita mengetahui dua penggugur amal di khotbah yang pertama. Kedua hal tersebut kaitannya bagaimana seorang menjaga hubungannya dengan Allah Ta’ala. Di kesempatan singkat di khotbah yang kedua ini, khotib ingin menyampaikan jagalah diri kita saat berinteraksi dengan sesama manusia.

Pada saat Fathu Mekah dan setelahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan banyak manusia memeluk Islam dari berbagai kabilah. Hal itu juga telah disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

 وَرَأَيْتَ ٱلنَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفْوَاجًا

“Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” [Quran An-Nashr: 2].

Saat itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa Iblis telah berputus asa untuk membuat manusia kembali berbuat syirik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ قد أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ في التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya setan telah putus asa membuat orang-orang yang shalat (yaitu orang-orang beriman) untuk kembali menyembahnya di Jazirah Arab. Tapi, ia tak pernah putus asa untuk menimbulkan permusuhan di antara mereka.” [HR. Muslim no. 2812].

Setan telah melihat Islam diterima dimana-mana dan menyebar di Jazirah Arab, namun setan tetap melihat peluang untuk membuat permusuhan di kalangan orang yang agamanya sudah baik. Karena itu, kita lihat orang-orang shaleh, rajin ke masjid, bahkan bisa jadi sesama pengurus masjid dibuat ribut oleh setan.

Oleh karena itu, jamaah yang dimuliakan Allah kita jangan sampai lupa dosa antara sesama kita. Karena dosa sesama manusia itu berat. Sufyan Ats Tsauri pernah berkata,

لأنْ تلقى الله تعالى بسبعين ذنباً فيما بينك وبينه؛ أهونُ عليك من أن تلقاه بذنب واحد فيما بينك وبين العباد

“Andai anda bertemu Allah dengan memikul 70 dosa yang kaitannya antara anda dan Dia, itu lebih ringan daripada engkau bertemu Allah, dengan membawa satu dosa, namun dosa itu kaitannya antara dirimu dengan manusia” (lihat: Tanbih al Ghofilin, hal. 380).

Dosa kepada Allah besar harapan kita mendapat ampunan, karena Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Tapi, dosa sesama manusia tidak seperti itu. Apalagi kalau belum selesai di dunia dan dibawa meninggal. Tidak ada manusia yang akan memaafkan di akhirat. Karena semua butuh pahala dan butuh untuk selamat. 

Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bagaimana pendapat Anda jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ

“Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali kalau engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.” (HR. Muslim no. 1885).

Hutang adalah harta yang didapatkan seseorang dari orang lain dengan halal sebagai pinjaman. Inipun bermasalah kalau tidak dilunasi. Apalagi harta yang memang sejak awalnya sudah didapatkan dengan menzalimi orang lain. Nabi pernah bercerita tentang orang yang bangkrut.

 أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?”

Para sahabat menjawab, ”Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda laitnya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sudut pandang yang berbeda. Baliau bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang pada hari Kiamat membawa pahala shalat, puasa dan zakat. namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa alasan yang dibenarkan). Maka orang-orangyang menjadi korbannya ini akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan si pelaku. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” [HR. Muslim].

Semoga Allah menjaga kita semua dari penggugur-penggugur pahala. Dan membimbing kita untuk menjadi seorang muslim yang baik hubungannya dengan Tuhannya dan juga kepada sesama manusia. Agar harapan kita di akhirat tidak menjadi harapan yang kosong.

﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ

اللَّهمَّ نَسألُكَ حُبَّكَ ، وحَبَّ مَن يُحِبُّكَ ، وحُبًّا يُبَلِّغُني حُبَّكَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا ، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِيمَانِ ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ

عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، ) وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ( .

Print Friendly, PDF & Email

Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28