Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Mari bersama menabung pahala amal jariyah untuk kehidupan kita kelak di akhirat.   BSI: 7086882242
a.n. Yayasan Yufid Network  

Seluruh dana untuk operasional produksi konten dakwah di Yufid: Yufid.TV, YufidEDU, Yufid Kids, website dakwah (KonsultasiSyariah.com, Yufid.com, KisahMuslim.com, Kajian.Net, KhotbahJumat.com, dll).

Yufid menerima zakat mal untuk operasional dakwah Yufid

Bersih Hati

Cara Mendapatkan Keridhaan Allah

Khutbah Pertama:

الحمد لله الذي كتبَ على الدنيا الفناء، ومن سلَكَ الهُدى كتبَ له الرِّضا، حمدُه سبحانه وشكرُه علامةُ الصدقِ والوفاء، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إلهٌ في الأرض وفي السماء، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبيَّنا محمدًا عبدُه ورسولُه المبعوثُ بالرحمة والهُدى، صلَّى الله عليه وعلى آلِه وصحبِه ومن اقتَفَى.

أما بعد، عباد الله: فأُوصِيكم ونفسي بتقوى الله، قال الله تعالى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾.

Ibadallah,

Keridhaan dari Allah adalah cita-cita dan harapan tertinggi bagi seorang muslim. Bahkan ini adalah tujuan dari kehidupan manusia. Allah Ta’ala berfirman,

وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” [Quran At-Taubah: 72].

Tidak ada yang lebih mulia dan lebih besar daripada keridhaan Allah. Karena keridhaan-Nya merupakan karunia besar bagi orang-orang muslim yang sadar akan keislamannya. Kalau seorang muslim benar-benar memahami urgensi keridhaan Allah, niscaya hatinya akan bergetar. Ia berusaha sekuat tenaga agar Allah ridha padanya. 

Perhatikan ayat berikut ini, bagaimana Allah Ta’ala menyebutkan bahwa keridhaan dari-Nya merupakan kenikmatan tambahan di surga. Padahal nikmat yang paling ringan di surga itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Setelah penduduk surga menikmati kenikmatan surga. Allah berfirman dalam hadits qudis:

إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى يَا رَبِّ وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَلَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُونَ يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا

“Allah memanggil penduduk surga, ‘Hai penduduk surga’! Mereka menjawab, ‘Baik, kami penuhi panggilan-Mu, dan seluruh kebaikan berada di tangan-Mu’! Allah meneruskan, ‘Apakah kalian telah puas’! Mereka menjawab, ‘Bagaimanakah kami tidak puas wahai Rabb, sedang telah Engkau beri kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada satu pun dari makhluk-Mu’! 

Allah kembali berkata, ‘Maukah Aku beri kalian suatu yang lebih utama daripada itu semua’? Mereka balik bertanya, ‘Ya Rabb, apalagi yang lebih utama daripada itu semua’? Allah menjawab, ‘Sekarang Aku halalkan untuk kalian keridhaan-Ku, sehingga Aku tidak marah terhadap kalian selama-lamanya’! [HR. Al-Bukhari 6964].

Karena urgensi inilah, cara hidup para nabi adalah dengan bersegera menuju keridhaan Allah. Sebagaimana Nabi Musa yang bersegera menuju keridhaan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

“dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku).” [Quran Thaha: 85].

Demikian juga dengan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” [Quran An-Naml: 19].

Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kondisi kesedihannya saat anaknya wafat, beliau dengan penuh adab kepada Allah Ta’ala mengatakan, 

تَدْمَعُ العَيْنُ، وَيَحْزُنُ القَلْبُ، وَلَا نَقُوْلُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَاللهِ يَا إِبْرَاهِيْمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُوْنُوْنَ

“Mata menyucurkan air mata. Hati ini bersedih. Namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rabb kami. Wahai Ibrahim, demi Allah sungguh kami sangat bersedih dengan kepergianmu.”

Tujuan dan cita-cita tertinggi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pun adalah mendapat ridha Allah. Kehidupan beliau senantiasa diisi dengan harapan tersebut. Beliau meminta kepada Rabnya agar memberinya taufik untuk beramal sehingga hal itu mendatangkan keridhaan Allah. Beliau berdoa:

أَسْأَلُكَ مِنَ العَمَلِ مَا تَرْضَى

“Aku memohon amalan yang Engkau ridhai.”

Beliau juga berdoa:

وَأَرْضِنَا وَارْضَ عَنَّا

“Ridhailah kami dan ridhai apa yang datang dari kami.”

Ibadallah,

Hendaknya hidup kita ini selalu diliputi tujuan demikian. Kita latih diri kita untuk menyelaraskan kehidupan dunia kita dengan bimbingan agama. Sehingga kita bisa selamat dalam perkataan dan perbuatan. Dan meraih ridha Allah Ta’ala.

Tidaklah sama kehidupan seseorang yang hidupnya berusaha mencari ridha Allah dengan mereka yang meniti jalan-jalan kemurkaan Allah. Orang yang mencari ridha Allah mereka akan menaati perintah-Nya dan menjauhi segala yang Dia larang. Ia akan menempuh jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang yang baik sebelum mereka. Mereka sadar betul dalam gerak-geriknya sebagaimana orang yang yakin kalau Rab mereka Maha Melihat. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ

“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah.” [Quran Ali Imran: 162].

Lalu bagaimana agar kita bisa meraih keridhaan Allah Ta’ala. Apakah kiat dan amalan apa yang harus kita perbuat? 

Pertama: Orang-orang yang ingin mendapatkan ridha Allah, mereka berusaha agar ikhlas dalam beramal. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى۝ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى ۝ وَلَسَوْفَ يَرْضَى

“Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” [Quran Al-Lail: 19-21]

Berusaha menggapai ridha Allah Ta’ala adalah tanda kejujuran seseorang kepada Allah. Dan inilah yang akan bermanfaat di hari kiamat kelak. Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar”. [Quran Al-Maidah: 119]

Mengedepankan keridhaan Allah dibanding keridhaan selain-Nya adalah tanda bersihnya hati seseorang dari kemunafikan. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

“Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” [Quran At-Taubah: 96]

Siapa yang mencari ridha Allah, hendaknya ia melepaskan sifat-sifat kemunafikan dan mengesakan Allah dalam menjalankan perintahnya.

Kedua: Di antara prinsip ajaran Islam yang dapat mengantarkan kita meraih ridha Allah Ta’ala adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Ia mencintai seorang muslim karena Allah. Orang yang ia cintai itu karena kualitas agama orang itu. Kemudian ia juga membenci apa yang Allah benci karena kualitas agama orang tersebut. Atau bahkan orang tersebu memusuhi agama Allah. Allah Ta’ala berfirman,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” [Quran Al-Mujadalah: 22].

Ketiga: Siapa yang bersyukur dengan hati dan anggota badannya, maka mereka akan mendapatkan keridhaan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” [Quran Az-Zumar: 7]

Keempat: Kemudian seseorang yang rukuk dan sujud. Wajah-wajah mereka bercahaya karena wudhu. Wajah mereka bercahaya karena cahaya shalat dan mereka juga mendapatkan ridha dari Rab mereka. Allah Ta’ala berfirman,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” [Quran Al-Fath: 29].

Kelima: Mereka yang mendapatkan keridhaan Allah yang lainnya adalah mereka yang meninggalkan syahwat mereka. Mereka lebih mengedepankan ridha Rab mereka dari pada hawa nafsu itu agar bisa meraih keridhaan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang balasan bagi orang yang puasa,

قال رَبُّكم عزَّ وجلَّ: عَبدي ترَكَ شَهوَتَه وطَعامَه وشَرابَه ابتِغاءَ مَرْضاتي، والصَّومُ لي وأنا أجْزي به.

“Rab kalian Azza wa Jalla berfirman, ‘Hambaku telah meninggalkan syahwatnya, makanan, dan minumannya demi mendapatkan keridhaan-Ku. Jika demikian puasa itu untukku. Aku sendiri yang akan membalasnya’.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

Keenam: Demikian juga dengan berdzikir. Ini adalah amalan yang paling cepat mendatangkan keridhaan Allah. orang-orang yang berdzikir akan mendapati keridhaan Allah pada diri mereka. Mereka akan mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan di hati mereka.

Renungkanlah firman Allah Ta’ala berikut ini. Yaitu Allah Ta’ala mengatakan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَى

“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” [Quran Thaha: 130].

Ketujuh: Amalan lainnya adalah kalimat atau ucapan yang baik. Ucapan yang maknanya mengandung kemuliaan dan kebaikan. Kalimat seperti ini bisa memberikan pengaruh terhadap jiwa. Meninggikan derajat pelakunya hingga tingkatan yang tidak ia sangka-sangka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat…” [HR. Al-Bukhari no. 6478].

Dan siapa yang Allah ridhai, ia akan mendapatkan syafaat pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا ۝ يَوْمَئِذٍ لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا

“Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja. Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali (syafa’at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” [Quran Thaha: 108-109].

عِبَادَ اللَّهِ: أَقُولُ مَا تَسْمَعُونَ، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيل فَاسْتَغفِرُوه إنَّه هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua:

الحمد لله على نعمة الخير والطاعات، أحمدُه سبحانه وأشكرُه على المكرُمات، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إلهُ البريَّات، وأشهد أن سيِّدَنا ونبيَّنا محمدًا عبدُه ورسولُه المُفضِّلُ على العباد بالرَّحمات، صلَّى الله عليه وعلى آله وصحبِه الفائِزين بالرِّضا والجنَّات.

Ibadallah,

Banyak orang salah sangka, mereka kira bahwa kekayaan dan kemisikinan itu menjadi parameter ridha atau tidaknya Allah pada seseorang. Padahal Allah Azza wa Jalla memberi hart aini kepada orang beriman dan juga orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,

كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.” [Quran Al-Isra: 20]

Sempitnya rezeki bukan tanda seseorang dimurkai Allah. demikian juga kekayaan bukan berarti Allah itu ridha pada seseorang. Lihatlah Qarun. Ia memiliki harta yang sangaat banyak. Namun itu sama sekali tidak menunjukkan Allah ridha pada dirinya. Malah Allah membenamkannya ke bumi. Allah Ta’ala berfirman,

﴿ فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ۝ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. [Quran Al-Fajr: 15-16].

Ibadallah,

Kesalahan lainnya adalah seseorang mencintai popularitas. Senang kalau apa yang ia katakana dan lakukan dilihat oleh orang lain. Senang mencari ridha manusia. Lebih bahaya dari itu, seseorang berusaha mencari ridha manusia dan tidak peduli kalau Allah menjadi murkan pada-Nya. 

Ia bermudah-mudah memaklumi orang lain dalam kesesatan dan kefasikan yang mereka perbuat. Bahkan ia melakukan yang haram karena takut pada manusia. Dia duduk di majelis-majelis kemungkaran dengan sama sekali tidak ada perasaan marah. Tidak menasihati kerabat dan teman yang melakukannya. Atau melakukan yang haram karena takut kalau tidak ikut dikomentari dengan komentar yang buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan,

مَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رضي الله عنه وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

“Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan meridhoinya dan Allah akan membuat manusia yang meridhoinya. Barangsiapa yang mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan membuat manusia pun ikut murka.” [HR. Ibnu Hibban].

Ibadallah,

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala. Mendapat taufik dari-Nya untuk berusaha mengamalkan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala yang Dia larang. Dan semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari segala hal yang dapat mendatangkan kemurkaan-Nya.

اللهُمَّ أعزَّ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِينَ، وأَذِلَّ الـشِّـرْكَ والمُـشـْرِكِين، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّين.

اللهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَنِنَا، وَأَصْلِح أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُورِنَا.

اللهُمَّ وفق جميع ولاة المسلمين للعمل بكتابك، واتباع سنة نبيك، وتحكيم شرعك.

اللهُمَّ وَفِّق إمَامَنَا خَادِمَ الْحَرَمَيْنِ لِما فِيه عِزُّ الْإِسْلَامَ وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِين.

اللهُمَّ وَفِّقْهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ وَإِخْوَانَه وَأَعْوَانَه لِما تُحِبُهُ وتَرْضَاه.

اللهُمَّ احفظ جنودنا المرابطين ورجال أمننا، وسدد رميهم يا رب العالمين.

اللهُمَّ عليك بالحوثيين المفسدين، وبالخوارج المارقين، وبجميع أعداء الدين.

اللهُمَّ اكفنا شرهم بما شئت، اللهُمَّ إنَّا ندرأ بك في نحورهم، ونعوذ بك من شرورهم.

اللهُمَّ إنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتَك، وَتَحَوُّل عَافِيَتك، وَفُجَاءَة نَقِمَتِك، وَجَمِيعِ سَخَطِك.

اللهُمَّ إنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ البَرَصِ وَالْجُذَام وَالْجُنُونِ وَسَيِّئ الْأَسْقَام.

عباد الله: ﴿إِنَّ اللَّهَ يَأمُرُ بِالعَدلِ وَالإِحسانِ وَإيتاءِ ذِي القُربى وَيَنهى عَنِ الفَحشاءِ وَالمُنكَرِ وَالبَغيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم تَذَكَّرونَ﴾.

فاذكروا الله العظيم الجليل يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.

Oleh tim KhotbahJumat.com

Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28