Khutbah Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala,
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Imam al-Bukhari, ada seorang Yahudi yang datang menemui Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Yahudi ini mengatakan,
يا أمِيرَ المُؤْمِنِينَ، آيَةٌ في كِتَابِكُمْ تَقْرَؤُونَهَا، لو عَلَيْنَا مَعْشَرَ اليَهُودِ نَزَلَتْ، لَاتَّخَذْنَا ذلكَ اليومَ عِيدًا. قالَ: أيُّ آيَةٍ؟ قالَ: {اليومَ أكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وأَتْمَمْتُ علَيْكُم نِعْمَتي ورَضِيتُ لَكُمُ الإسْلَامَ دِينًا} [المائدة: 3] قالَ عُمَرُ: قدْ عَرَفْنَا ذلكَ اليَومَ، والمَكانَ الذي نَزَلَتْ فيه علَى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، وهو قَائِمٌ بعَرَفَةَ يَومَ جُمُعَةٍ
“Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat di kitab kalian yang kalian baca. Seandainya ayat tersebut turun kepada kami orang-orang Yahudi, akan kami jadikan hari turunnya tersebut menjadi hari raya.” Umar bertanya, “Ayat yang mana”? Si Yahudi mengatakan,
{اليومَ أكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وأَتْمَمْتُ علَيْكُم نِعْمَتي ورَضِيتُ لَكُمُ الإسْلَامَ دِينًا} [المائدة: 3]
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” [Quran Al-Maidah: 3].
Umar mengatakan, “Kami tahu di hari apa ayat tersebut diturunkan. Bahkan tempat turunnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu beliau berdiri (wukuf) di Arafah di hari Jumat.” [HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya No: 45].
Ini menunjukkan bahwa pernyataan sempurnanya syariat, tidak ada dalam Taurat. Bahkan tidak ada dalam kitab-kitab sebelumnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pernyataan bahwa syariat itu sudah lengkap hanya pada kitab suci Alquran. Walaupun kita mengakui Taurat, Injil, dan Zabur semuanya dalah kitab samawi, kitab yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari sini, kita mendapat informasi tentang betapa sempurnanya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Yaitu Allah jadikan syariat nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai syariat yang lengkap.
Di ayat yang lain, berkaitan dengan status Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala menyebutkan,
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Quran Al-Anbiya: 107].
Status beliau sebagai rahmat untuk sekalian alam. Yang menjadi Rahmat untuk sekalian alam maksudnya adalah syariat beliau. Karena jasad beliau dibatasi oleh waktu dan tempat. Sementara syariat beliau tidak terbatas waktu dan tempat.
Alhamdulillah, kita sebagai seorang muslim yang hidup saat ini bisa merasakan indahnya syariat Islam. Dan itu adalah bukti bahwa Allah menjadikan syariat ini rahmat untuk semua alam. Dan kita merupakan bagian dari alam ini.
Karena itu, Imam Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menyampaikan tafsir ayat ini, beliau mengatakan,
يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّ اللهَ جَعَلَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، أَيْ: أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لَهُمْ كُلِّهِمْ، فَمَنْ قَبِلَ هَذِهِ الرَّحْمَةَ وَشَكَرَ هَذِهَ النِّعْمَةَ، سَعِدَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ رَدَّهَا وَجَحَدَهَا خَسِرَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Allah Ta’ala menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat untuk alam ini. Maksudnya, Allah mengutus beliau sebagai kasih sayang untuk siapa saja. Siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukuri nikmat ini, ia akan bahagia di dunia dan akhirat. Siapa yang menolaknya bahkan menentangnya, ia akan rugi dunia dan akhirat.”
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengajak kita untuk memahami bahwa syariat ini adalah nikmat. Karena itu, layak untuk disyukuri. Allah jadikan ini sebagai nikmat dan kita layak menjadikan ini sebagai nikmat. Karena itulah dalam Allah menegaskan dalam Surat Al-Maidah yang tadi kita sebutkan,
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” [Quran Al-Maidah: 3].
Allah sebut agama ini sebagai nikmat. Karena itu, kita wajib juga memahami bahwa agama ini adalah nikmat dari Allah.
Namun sayangnya, ada sebagian orang yang memahami agama ini sebagai beban. Bukan nikmat. Sehingga, ketika dia diajak untuk mendekat kepada agama ini terasa beraaatt dan susah untuk menerimanya. Bahkan sebagian masyarakat ada yang mengatakan terlalu serius belajari Islam itu merepotkan diri sendiri. Sehingga ia menganggap dengan belajar Islam hidupnya akan menjadi susah.
Padahal, Allah menurunkan agama ini bukan untuk menyusahkan hamba-Nya. Allah menurunkan Alquran bukan untuk menyusahkan kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
طه (1) مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ (2)
“Tahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” [Quran Thaha:2]
Kalau ada orang yang sampai punya anggapan bahwa dengan mempelajari aturan syariat hidup itu semakin susah. Makin repot. Makin banyak yang dilarang. Makin banyak yang tidak boleh. Ini dilarang. Ini tidak boleh. Dalam masalah akidah karena nyerempet budaya. Dalam masalah muamalah nyerempet penghasilan.
Sehingga mereka beranggapan, mempelajari agama akan merepotkan dirinya. Padahal agama ini diturunkan untuk memberikan bimbingan untuknya. Maka, orang seperti ini telah su-uzzhan kepada syariat Allah Ta’ala. Allah menurunkan ini sebagai rahmat. Tapi, sebagian hamba menganggapnya lawan dari rahmat yaitu laknat. Allah menurunkan syariat ini sebagai nikmat, tapi ia anggap sebagai beban yang merepotkan.
Karena itulah, hal yang pertama harus kita akui setelah mengetahui bahwa syariat ini adalah rahmat untuk semua, kita perlu sadar bahwa kita punya kewajiban untuk mensyukurinya. Dan tahap awal untuk mensyukurinya adalah siap membuka diri untuk mempelajarinya. Dan siap untuk mengamalkan isinya.
Ada sebagian orang yang ketakutan untuk belajar syariat. Karena mereka khawatir, jangan-jangan kalau saya terlalu serius belajar agama, mengenal ini-mengenal itu, nanti banyak yang tidak boleh, banyak yang dilarang.
Dia lebih memilih menjadi orang yang merdeka. Dalam arti, mengikuti hawa nafsunya. Tapi dia tidak mau menghamba kepada Allah 100%. Padahal mendekat kepada syariat Allah adalah kemerdekaan yang seharusnya dia perjuangkan. Karena setiap orang yang mengikuti hawa nafsu ia tengah tertawan dan diperbudak oleh hawa nafsunya.
Kita memohon kepada Allah. Semoga Allah membukakan hati kita untuk mau menerima syariat ini secara maksimal. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita untuk mengenalinya, berusaha mempelajarinya, kemudian berusaha mengamalkannya di kehidupan yang nyata.
Demikian sebagai khutbah yang pertama,
طه (1) مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ (2)أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua:
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Mengenai fenomena orang yang ketakutan mendekat ke agama, hal ini sudah ada sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala menjelaskan, ada sebagian orang musyrikin yang tidak mau mendengarkan Alquran. Dan kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang shalat malam, mereka menghindar karena khawatir mendapat pengaruh dari keindahan bahasa Alquran dan keindahan suara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat melantunkannya.
Allah gambarkan orang-orang seperti ini dengan perumpamaan ketakutan keledai untuk berjumpa dengan singa.
فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ (49) كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُّسْتَنفِرَةٌ (50) فَرَّتْ مِن قَسْوَرَةٍ (51)
“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari daripada singa.” [Quran Al-Muddatsir: 49-51].
Karena itu, kalau kita jumpai ada sebagian orang yang ketakutan untuk belajar agama. Belajar masalah halal-haram. Karena khawatir nanti kalau mengerti nanti menjadi tidak boleh. Kalau tahu nanti menjadi terbatas. Ini terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah buatkan permisalannya demikian. Bagaikan keledai liar maksudnya zebra yang ketakutan dari kejaran singa.
Sekali lagi, perlu sama-sama kita sadar bahwa Allah menurunkan syariat ini tidak untuk menyusahkan hamba-Nya. Bahkan sebaliknya, Allah jadikan syariat ini sebagai rahmat untuk hamba-hamba-Nya.
Allah membuat aturan tujuannya adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Allah tidak punya kepentingan tatkala membuat aturan tersebut. Tidak sama sekali. Langgengnya kekuasaan Allah tidak bergantung kepada ketaatan kita. Demikian juga kekuasaan Allah tidak berkurang tatkala kita tidak taat.
﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
اللَّهمَّ نَسألُكَ حُبَّكَ ، وحَبَّ مَن يُحِبُّكَ ، وحُبًّا يُبَلِّغُني حُبَّكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا ، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِيمَانِ ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، ) وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ( .