Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Akhlak dan Muamalah

Janganlah Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

Khutbah Pertama:

الحمدُ لله، الحمدُ لله الذي يُحيِي ويُميت وهو على كل شيءٍ قدير، تقدَّسَت أسماؤُه وجلَّت صفاتُه، لا إله إلا هو الحكيمُ الخبير، أحيَا القلوبَ بالقرآنِ والمواعِظ، والحكمةِ والعملِ الصالحِ المشكُور، ووكَلَ المُعرِضَ عن الحقِّ إلى نفسِه فهو في خُسرانٍ وغفلةٍ وغُرور، أحمدُ ربي على نعمِه كلِّها، وأشكُرُه على فضلِه الكبير.

وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له السميعُ البصير، وأشهد أنَّ نبيَّنا وسيِّدَنا محمدًا عبدُه ورسولُه البشيرُ النذير، والسِّراجُ المُنير، اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على عبدِك ورسولِك محمدٍ، وعلى آله وصحبِه، القُدوة لكل مُؤمنٍ بدينِه بصير.

أما بعد؛

فاتَّقُوا اللهَ بفعلِ كل عملٍ يرضَاه، والبُعد عن كل عملٍ يُبغِضُه ويأبَاه؛ فتقوَى اللهِ سعادةُ الدينا، والفوزُ بجنَّة الخُلد في الأُخرى، فطُوبَى لمن تمسَّك بها، وويلٌ لمن جانبَها فلم يعمَل بها.

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah Ta’ala. Laksanakanlah perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. [al-A’raf/7:56]

Saat menjelaskan maksud ayat ini, Abu Bakar bin ‘Ayyasy rahimahullah (wafat th. 194 H) berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi ketika mereka sedang dalam kerusakan, lalu Allah Azza wa Jalla memperbaiki mereka dengan mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Maka barangsiapa mengajak kepada sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia benar-benar termasuk orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi.”

Abu Ja’far ath-Thabari rahimahullah (wafat th. 310 H) mengatakan, “Maksud dari firman Allah Azza wa Jalla :

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا

“Adalah janganlah engkau menyekutukan Allah Azza wa Jalla dan janganlah engkau berbuat maksiat di muka bumi, karena perbuatan seperti itu adalah pengerusakan yang sebenarnya di muka bumi”.

بَعْدَ إِصْلَاحِهَا, yakni setelah Allah memperbaiki bumi itu untuk orang-orang yang menaati Allah Azza wa Jalla, dengan mengutus para rasul kepada mereka yang menyeru kepada kebenaran, dan menjelaskan hujjah-hujjah kepada mereka.”

وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا yakni ikhlaskanlah semua doa dan amal hanya untuk Allah Azza wa Jalla dan janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan apapun juga seperti ilah-ilah, berhala dan lainnya. Serta hendaklah semua yang engkau lakukan itu didasari dengan rasa takut kepada siksa-Nya dan mengharapkan pahala-Nya.”

Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) mengatakan, “Mayoritas ahli tafsir mengatakan, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan mengajak ketaatan kepada selain Allah Azza wa Jalla setelah Allah Azza wa Jalla memperbaikinya dengan mengutus para rasul dan menerangkan syariat serta mengajak supaya taat kepada Allah Azza wa Jalla . Karena sesungguhnya menyembah selain Allah, berdoa kepada selain-Nya dan melakukan perbuatan syirik kepada-Nya adalah kerusakan yang paling besar di muka bumi. Bahkan kerusakan bumi pada hakekatnya hanyalah disebabkan oleh syirik kepada Allah dan menyalahi perintah-Nya“.

Dengan demikian perbuatan syirik, berdoa kepada selain Allah Azza wa Jalla , mengagungkan sesembahan selain-Nya dan mentaati selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kerusakan terbesar di muka bumi. Semua ini tidak mendatangkan kebaikan sama sekali untuk bumi dan juga untuk penduduknya kecuali kalau Allah menjadi satu-satunya Dzat yang mereka ibadahi dan taati, memohon kepada-Nya dan tidak taat kepada selain Allah Azza wa Jalla , kemudian selalu menaati rasul-Nya dan mengikuti (petunjuk)nya, bukan yang lain. Makhluk selain Rasûlullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya wajib ditaati jika menyerukan ketaatan kepada Rasûlullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun jika menganjurkan perbuatan maksiat dan menyuarakan hal-hal yang menyalahi syariat-Nya, maka ia tidak boleh didengar dan ditaati.

Barangsiapa memperhatikan kondisi alam, maka ia akan dapati bahwa setiap kebaikan di muka bumi ini bersumber pada tauhidullah (mentauhidkan Allah Azza wa Jalla ), beribadah kepada-Nya dan menaati Rasul-Nya. Sebaliknya, setiap kejahatan, fitnah, malapetaka, kekeringan, berkuasanya musuh atas umat Islam dan bencana lainnya, penyebabnya adalah menyalahi Rasul-Nya dan menyeru kepada selain Allah dan Rasul-Nya.”

Al-Hafizh Ibnu Katsîr rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan tentang ayat ini, “Allah Azza wa Jalla melarang perilaku merusak dan hal-hal yang membahayakannya, setelah Allah Azza wa Jalla melakukan perbaikan di muka bumi. Karena jika berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik dan setelah itu terjadi kerusakan, maka kondisi demikian ini lebih berbahaya bagi umat manusia. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hal itu, dan memerintahkan hamba-hamba-Nya agar beribadah, berdoa, merendahkan diri kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya-red), “…Berdoalah kepada-Nya dengan penuh rasa takut dan penuh harap…” Maksudnya, takut terkena siksa Allah Azza wa Jalla dan berharap bisa meraih pahala melimpah di sisi-Nya.

Kemudian Allah berfirman.

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

“…Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Allah menggunakan kata قَرِيبٌ dan bukan قَرِيْبَةٌ (padahal kata رحمة itu untuk muannats, mestinya menurut bahasa harus menggunakan قَرِيْبَةٌ –red), karena yang dijelaskan adalah kandungan dari kalimat rahmat yaitu tsawab (pahala), atau karena kata rahmat itu disandarkan kepada Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, Allah mengatakan :

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik

باركَ الله لي ولكم في القرآنِ العظيم، ونفَعَني وإياكم بما فيه من الآياتِ والذكرِ الحكيم، ونفعَنا بهديِ سيِّد المُرسَلين وقولِه القَويم، أقولُ قولي هذا، وأستغفِرُ الله لي ولكم وللمسلمين، فاستغفِروه، إنه هو الغفورُ الرحيم.

Khutbah Kedua:

الحمدُ لله ربِّ العالمين، الرحمنِ الرحيم، أحمدُ ربي وأشكرُه على نعمِه الظاهرة والباطِنة كلِّها، وأُثنِي عليه الخيرَ كلَّه، هو كما أثنَى على نفسِه، وأشهدُ أن لا إله إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له العزيزُ الحكيم، وأشهدُ أن نبيَّنا وسيِّدَنا محمدًا عبدُه ورسولُه الهادِي إلى صراطٍ مُستقيم، اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على عبدِك ورسولِك محمدٍ، وعلى آلهِ وصحبِه ذوِي التُّقَى والخُلُق الكريم.

أما بعد:

Ibadallah,

Dari uraian yang khotib sampaikan di khutbah pertama, kita bisa mengambil beberapa faidah:

Pertama: Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perbuatan syirik, maksiat dan kerusakan lainnya.

Kedua: Sesungguhnya perbuatan maksiat itu merusak akhlak, amal, dan rezeki.

Ketiga: Para rasul diutus untuk memperbaiki kehidupan di muka bumi.

Keempat: Wajib berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan penuh keikhlasan, karena doa adalah ibadah.

Kelima: Beramal dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla harus dilandasi dengan rasa takut dan penuh harap.

Keenam: Dianjurkan untuk berbuat ihsan (berbuat kebaikan).

اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على نبيِّنا محمدٍ، وارضَ اللهم عن الخُلفاء الراشدين، وعن سائرِ الصحابة والآل أجمعين، وعن التابعين ومَن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين.

اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمُسلمين، وأذِلَّ الشرك والمشركين.

اللهم احفظ المسلمين في كل مكان، اللهم فرِّج همومَهم، واكشِف غمومَهم يا ذا الجلال والإكرام، اللهم اشفِ مرضانا ومرضى المسلمين. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.

اللهم وفِّق الحجَّاجَ والمعتمرين، اللهم أوصِلهم إلى ديارِهم سالمِين غانمِين.

اللهم احفظ ووفِّق وليَّ أمرنا خادم الحرمين الشريفين، ووليَّ عهده، اللهم أعِنهما على أمور الدين والدنيا أجمعين يا ذا الجلال والإكرام.

عباد الله:

اذكُروا الله ذِكرًا كثيرًا، وسبِّحُوه بُكرةً وأصيلًا. وآخرُ دعوانا أن الحمدُ لله ربِّ العالمين.

[Diadaptasi dari tulisan Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله di majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M].

Print Friendly, PDF & Email

Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28