التحذير من الشرك
خطبة جمعة بتاريخ / 26-10-1427 هـ
Peringatan terhadap Kesyirikan
Khotbah Jumat 26/10/1427 H
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كلِّه وكفى بالله شهيدا ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقراراً به وتوحيدا ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الداعي إلى رضوان ربه إفراداً وتجريدا؛ صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه تسليما مزيدا . أما بعد معاشر المؤمنين عباد الله : اتقوا الله ؛ فإن من اتقى الله وقاه ، وأرشده إلى خير أمور دينه ودنياه ، واعلموا رعاكم الله أن تقوى الله جلّ وعلا عملٌ بطاعة الله على نور من الله رجاء ثواب الله ، وتركٌ لمعصية الله على نور من الله خيفةُ عذاب الله جل وعلا
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya atas segala agama dan cukuplah Allah yang menjadi saksi. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, hanya Dia, yang tiada sekutu bagi-Nya, dengan mengakui dan metauhidkan-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, sang penyeru kepada keridaan Tuhannya, dengan mengesakan-Nya dan menyucikan-Nya (dari kesyirikan).
Semoga selawat dan salam yang banyak dari Allah tercurah untuk beliau beserta keluarga dan Sahabat beliau. Adapun berikutnya, wahai kaum mukminin, hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā, karena barang siapa yang bertakwa, maka Allah akan menjaganya dan membimbingnya kepada kebaikan dalam urusan agama dan dunianya. Ketahuilah —semoga Allah memelihara kalian— bahwa takwa kepada Allah Jalla wa ʿAlā adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya (ilmu) dari Allah karena mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan terhadap Allah dengan cahaya (ilmu) dari Allah karena takut terhadap azab-Nya.
عباد الله : إن الواجب على المسلم أن يعيش حياته خائفاً من أن يقع في كل أمرٍ أو أيِّ ذنبٍ يغضب الله جل وعلا ويسخطه ، وأعظم ما يجب أن يخاف منه العبد وأن يحرص على اتقائه وأن يجاهد نفسه على البُعد عنه : الشرك بالله جل وعلا ، نعم – عبادَ الله – إن الخوف من الشرك مطلب عظيم يجب أن يحقّقه كل مسلم. الشرك بالله جلّ وعلا هو أعظم الذنوب وأخطرها وهو أظلم الظلم وأكبر الجرائم وهو الذّنب الذي لا يُغفر، الشرك بالله جلّ وعلا هضمٌ للرّبوبية وتنقّصٌ للألوهية وسوء ظن برب البرية جل وعلا . الشرك بالله جل وعلا تسوية لغيره به ؛ تسوية للناقص الفقير بالغني العظيم جلّ وعلا
Wahai kaum mukminin, hamba-hamba Allah, merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim untuk menjalani hidupnya dengan penuh rasa takut jika terjatuh ke dalam suatu perkara atau dosa apa pun yang dapat menimbulkan murka dan kemarahan Allah Jalla wa ʿAlā. Di antara hal terbesar yang harus ditakuti oleh seorang hamba, serta mengusahakan sekuat tenaga untuk menghindarinya serta melawan nafsunya untuk menjauhinya adalah mempersekutukan Allah Jalla wa ʿAlā.
Wahai hamba-hamba Allah! Sesungguhnya rasa takut terhadap kesyirikan (mempersekutukan Allah) adalah suatu kewajiban besar yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Kesyirikan terhadap Allah Jalla wa ʿAlā merupakan dosa yang paling besar dan paling berbahaya. Itulah kezaliman yang paling zalim dan kejahatan yang paling jahat, serta dosa yang tidak akan diampuni. Menyekutukan Allah Jalla wa ʿAlā merupakan pelanggaran terhadap ketuhanan, merendahkan keilahian, dan prasangka buruk terhadap Tuhan semesta alam. Menyekutukan Allah Jalla wa ʿAlā adalah menyamakan selain Dia dengan-Nya, yakni menyamakan zat yang serba kurang lagi fakir dengan Zat Yang Maha Kaya lagi Maha Agung, Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi.
نعم عباد الله ؛ إن الشرك بالله جل وعلا ذنب يجب أن يكون خوفُنا منه أعظمَ من خوفنا من أيِّ أمر آخر ، وثَمَّةَ نصوصٌ – عباد الله – ودلائل في كتاب الله وسنة نبيه صلوات الله وسلامه عليه إذا تأمّلها العبد ونظر إليها نظرة المتأمل جلبت لقلبه خوفاً من الشرك وحذراً منه وتوقياً للوقوع فيه . تأمّلوا في ذلك – رعاكم الله – قول الله جل وعلا في موضعين من سورة النساء ﴿ إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ﴾ ؛ فالآية فيها بيان بيِّنٌ أنَّ مَن لقي الله تبارك وتعالى مشركاً به فإنه لا مطمع له في مغفرة الله ، بل إن مآله ومصيره إلى نار جهنم خالداً مخلداً فيها لا يقضى عليه فيموت ولا يخفف عنه من عذابها كما قال الله تعالى : ﴿ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ (36) وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ ﴾ [ فاطر:36-٣٧]
Wahai hamba-hamba Allah, mempersekutukan Allah Subẖānahu wa Taʿālā adalah dosa yang harus kita takuti lebih dari ketakutan kita terhadap sesuatu apa pun. Di sana, wahai hamba-hamba Allah, ada nas-nas dan dalil-dalil dalam Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya shallallāhu ʿalaihi wa sallam, yang jika seorang hamba merenungkannya dan menadaburinya penuh perhatian, niscaya hal itu akan memunculkan dalam hatinya rasa takut terhadap kesyirikan, kewaspadaan terhadapnya, dan kehati-hatian agar tidak terjerumus ke dalamnya.
Renungkanlah hal tersebut ini —semoga Allah memelihara kalian— firman Allah Subẖānahu wa Taʿālā di dua tempat dalam Surah An-Nisa’ (yang artinya) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (kesyirikan), tetapi Dia mengampuni apa saja (dosa) yang selain (kesyirikan) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa’: 48)
Dalam ayat ini ada penjelasan tegas yang menyatakan bahwa barang siapa yang menemui Allah Subẖānahu wa Taʿālā dalam keadaan musyrik, maka tidak ada harapan baginya untuk memperoleh ampunan Allah, bahkan tempat akhirnya dan kembalinya adalah neraka Jahanam kekal abadi di dalamnya, tanpa dicabut nyawanya sehingga meninggal maupun diringankan azabnya. Ini sebagaimana firman Allah Subẖānahu wa Taʿālā (yang artinya), “Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan tidak seperti yang telah kami kerjakan dahulu.’ (Dikatakan kepada mereka), ‘Bukankah Kami telah memanjangkan umur kalian untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepada kalian seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.’” (QS. Fatir: 36-37).
من لقي الله تبارك وتعالى مشركا به فلا مطمع له في مغفرة الله ، ينادي المشرك يوم القيامة ويطالب أن يعاد للدنيا مرة ثانية فلا يجاب ليعمل صالحاً غير الذي كان يعمل ، ينادي ويطالب أن يُقضى عليه فيموت فلا يجد جواباً لذلك ، ينادي أن يُخفَّف عنه يوماً من العذاب فلا يجد جوابا لذلك ؛ وإنما يبقى في نار جهنم مخلداً فيها أبد الآباد ، بل إن من أعظم الآيات وأشدها على أهل النار قول الله تعالى في سورة عم يقول جل وعلا: ﴿ فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا ﴾ [النبأ:٣٠]
Barang siapa menemui Allah Subẖānahu wa Taʿālā dalam keadaan musyrik, maka tidak ada harapan baginya ampunan dari Allah. Orang musyrik pada pada hari kiamat berseru dan meminta agar dikembalikan ke dunia sekali lagi, namun tidak dikabulkan, sehingga dia dapat melakukan amal saleh yang berbeda dengan yang telah dilakukannya dahulu. Dia juga berteriak dan memohon agar dirinya dimatikan saja, tetapi dia tidak mendapatkan jawaban permohonannya tersebut. Lalu ia akan berteriak meminta agar hukumannya diringankan sehari saja, itu pun dia tidak mendapatkan jawaban permohonannya tersebut, melainkan ia hanya akan tetap kekal di neraka Jahanan abadi di dalamnya selama-lamanya.
Bahkan ada ayat-ayat yang lebih mengerikan dan keras bagi bagi para penghuni neraka adalah firman Allah Subẖānahu wa Taʿālā dalam Surat ʿAmma (An-Nabaʾ), di mana Dia berfirman (yang artinya), “Maka rasakanlah (azab itu), karena Kami tidak akan menambah apa pun bagi kalian melainkan hanya (menambah) azab.” (QS An-Nabaʾ: 30).
عباد الله : وإن مما يجلب الخوف من الشرك إلى القلوب المؤمنة أن نتأمل في حال الصالحين وحال الأنبياء المقربين وخوفهم من هذا الذنب العظيم ، يكفي في هذا المقام أن نتأمل دعوة إمام الحنفاء إبراهيم الخليل عليه السلام الذي اتخذه الله خليلا وحطّم الأصنام بيده ودعا إلى توحيد الله وقام في هذا الأمر مقاماً عظيما ، تأمّل دعوته وقد جاءت في القرآن ﴿ وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴾ [ إبراهيم:٣٥-٣٦] تأمّل إمام الحنفاء عليه صلوات الله وسلامه يدعو الله جل وعلا أن يجنبه وبنيه عبادة الأصنام !! أي أن يجعله في جانب بعيد عنها فلا يقربها ولا يقع في شيء من وسائلها أو ذرائعها ﴿ وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ ﴾ . أحد السلف – وهو إبراهيم التيْمي رحمه الله تعالى – قرأ هذه الآية وقال: ” من يأمن البلاء بعد إبراهيم !! ” ؛ أي إذا كان إبراهيم الخليل عليه السلام خاف من الشرك ودعا الله تعالى بهذه الدعوة العظيمة فكيف يأمن البلاءَ غيره
Wahai hamba-hamba Allah, di antara hal-hal yang menimbulkan ketakutan terhadap kesyirikan dalam hati yang beriman adalah ketika kita merenungkan tentang keadaan orang-orang saleh dan keadaan para nabi yang dekat dengan-Nya serta ketakutan mereka terhadap dosa besar ini. Berkaitan dengan ini, cukup kita merenungkan doa imamnya orang-orang hanif, Ibrahim ʿalaihis salām, yang telah Allah Subẖānahu wa Taʿālā jadikan beliau sebagai kekasih dan orang menghancurkan berhala-berhala dengan tangan beliau, yang telah berdakwah menyeru kepada tauhid dan telah mengusahakannya dengan usaha yang besar, perhatikan doa beliau sebagaimana yang tertulis dalam Al-Quran (yang artinya), “Wahai Tuhan kami, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. Wahai Tuhan kami, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia, maka barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 35-36)
Bayangkan! Imamnya orang-orang hanif shallallāhu ʿalaihi wa sallam berdoa kepada Allah Jalla wa ʿAlā agar menjauhkan dirinya dan anak-anaknya dari menyembah berhala!! Yakni, agar selalu berada di posisi yang jauh darinya, tidak mendekatinya, serta tidak terjatuh pada satu pun dari walisah dan jalan kepada kesyirikan, “… dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” Salah seorang Salaf, Ibrahim At-Taimi raḥimahullāh membaca ayat tersebut lalu berkata, “Siapakah yang merasa selamat dari musibah tersebut (kesyirikan) setelah Ibrahim?!” Artinya bahwa jika Nabi Ibrahim ʿalaihis salām saja takut kepada kemusyrikan lalu berdoa kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā dengan doa agung tersebut, lalu bagaimana bisa orang selain beliau bisa merasa aman dari petaka tersebut!
عباد الله : وقد كان نبينا عليه الصلاة والسلام يقول كلَّ يوم ثلاث مرات إذا أصبح وثلاثَ مراتٍ إذا أمسى: ((اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ )) يردِّد هذه الدّعوة ثلاث مرّات في الصباح وثلاث مرّات في المساء ، وكان يقول في دعائه كما في الصّحيحين وغيرهما : ((اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي ؛ أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ )) ، وجاء في دعائه – عليه صلوات الله وسلامه – أنه صلى الله عليه وسلم كان يقول: ((اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ )) ، والأحاديث في هذا المعنى كثيرة ، بل قالت أمُّ سلمة رضي الله عنها : ((إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ:يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ الْقُلُوبَ لَتَتَقَلَّبُ؟، قَالَ:نَعَمْ، مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ بني آدَمَ مِنْ بَشَرٍ إِلا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ إِنْ شَاءَ أَقَامَهُ وَإِنْ شَاءَ أَزَاغَهُ ))
Wahai hamba-hamba Allah, Nabi kita shallallāhu ʿalaihi wa sallam juga rutin membaca sebuah doa tiga kali di pagi hari dan tiga kali di sore hari, “Allāhumma innī aʿūdzubika minal kufri wal faqri wa aʿūdzubika min ʿadzābil qabri (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur.”
Beliau mengulang-ulang doa ini sebanyak tiga kali pada pagi hari dan sore hari. Beliau dahulu juga rutin mengatakan dalam doa beliau, sebagaimana termaktub dalam Shahihain dan lainnya: “Allāhumma laka aslamtu wa bika āmantu wa ʿalaika tawakkaltu wa ilaika anabtu wa bika khāshamtu. Allāhumma innī aʾūdzu bi ʿizzatika lā iḷha illā anta an tudhillanī. Antal ẖayyulladzī lā yamūtu wal jinnu wal insu yamūtūn (artinya: Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku bertobat, dan hanya kepada-Mu aku mengadukan masalahku. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, Zat Yang tiada ilah yang benar selain Engkau, dari Engkau sesatkan aku, Engkau Yang Maha Hidup dan tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia mati).”
Juga dalam doa beliau shallallāhu ʿalaihi wa sallam bahwasanya beliau biasa mengatakan, “Allāhumma innī as alukal hudā was sadād (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk dan kebenaran.”
Ada banyak hadis-hadis yang maknanya seperti ini, bahkan Ummu Salamah radhiyallāhu ʿanha berkata bahwa Rasulullah shallallāhu ʿalaihi wa sallam dahulu sering memperbanyak doa, “Yā muqallibal qulūb tsabbit qalbī ʿalā dīnika (artinya: Wahai Zat Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” Dia lantas mengisahkan, “Aku bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, apakah hati memang dapat terbolak-balik?’ Beliau menjawab, ‘Ya! Tidaklah Allah menciptakan seorang pun dari anak cucu Adam kecuali hatinya ada di antara dua jari Allah, sehingga jika menghendaki Dia meluruskannya dan jika menghendaki Dia akan menyesatkannya.’”
عباد الله : ومن الأدلة في هذا الباب ما جاء في المسند وغيره أن النبي صلى الله عليه وسلم قال للصّحابة رضي الله عنهم: ((إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ – أي إن أشد شيء أخافه عليكم الشرك بالله – قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ الرِّيَاءُ )) ؛ قال العلماء: إذا كان النبي – عليه الصلاة والسلام – خاف على الصحابة وهم من هم في الطاعة والتوحيد من الشرك الأصغر فكيف الشأن بمن هو دونهم ، ومن لم يبلغ عُشْرَ معشارهم في التوحيد والعبادة؟! بل جاء في الأدب المفرد بسندٍ حسن بما له من شواهد أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( لَلشِّرْكُ فِيكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ )) ، فقال أبو بكر : ” وَهَلْ الشِّرْكُ إِلاَّ مَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَر ؟ ” فقال النبي صلى الله عليه وسلم : (( وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ ، لَلشِّرْكُ فِيكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا قُلْتَهُ ذَهَبَ عَنْكَ قَلِيلهُ وَكَثِيره ؟ )) قَالَ : (( قُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أعْلَم ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَم )) . وهذه دعوة يجب علينا عباد الله ـ يتأكّد علينا عباد الله ـ أن نحفظها جميعا وأن نحافظ عليها ، اللهمّ إنّا نعوذ بك أن نشرك بك ونحن نعلم، ونستغفرك لما لا نعلم
Wahai hamba-hamba Allah, di antara dalil dalam masalah ini (bahaya kesyirikan) adalah riwayat yang terdapat dalam Al-Musnad dan dalam kitab lain bahwa Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabat beliau radhiyallāhu ʿanhu “Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari kalian —yakni sesuatu yang paling aku takutkan terjadi kepada kalian— adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riyāʾ (Ibadah karena ingin dilihat orang).”
Para ulama berkata bahwa jika Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam saja mengkhawatirkan para sahabat terjatuh pada syirik kecil, padahal mereka adalah ahli ketaatan dan tauhid, lantas bagaimana dengan orang-orang yang di levelnya di bawah mereka, yang tidak mencapai sepersepuluh dari derajat mereka dalam tauhid dan ibadah?! Bahkan telah disebutkan dalam Al-Adab Al-Mufrad dengan sanad yang hasan karena banyak penguatnya bahwa Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kesyirikan di tengah kalian lebih tersembunyi dari pada langkah seekor semut.” Abu Bakar berkata: “Apakah syirik tersebut maksudnya menyekutukan Allah dengan tuhan lain?” Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam bersabda: “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kesyirikan di tengah kalian lebih tersembunyi dari pada langkah seekor semut. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu (doa) yang jika kalian ucapkan, niscaya akan menghilangkannya dari diri kalian, baik itu sedikit maupun banyak?” Beliau bersabda, “Katakanlah: Allāhumma innī aʾūdzubika an usyrika bika wa ana aʾlamu wa astaghfiruka limā lā aʾlamu (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-dari mempersekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap yang tidak aku ketahui.”
Doa-doa ini, wahai hamba-hamba Allah, kita wajib dan sangat ditekankan bagi kita untuk menghafalkannya seluruhnya dan merutinkannya. Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu mempersekutukan-Mu sedangkan kami mengetahuinya, dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap yang tidak kami ketahui.
ومما يجلب الخوف من الشرك – عباد الله – : ما ثبت في أحاديث كثيرة عن النبي صلى الله عليه وسلم من إخباره أن من الأمّة -يعني أمته عليه الصلاة والسلام – من سيرجعون إلى عبادة الأوثان وقد جاء في هذا أحاديث عديدة ؛ منها ما ثبت في سنن أبي داود وغيره عنه صلوات الله وسلامه عليه أنه قال: (( لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ )) ، وجاء في حديث آخر أنه عليه الصلاة والسلام قال: ((لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَضْطَرِبَ أَلَيَاتُ نِسَاءِ دَوْسٍ عَلَى ذِي الْخَلَصَةِ )) أي صنم من الأصنام. وجاء عنه عليه الصلاة والسلام أنه قال : ((لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ)) . كل ذلك قاله عليه الصلاة والسلام نصحاً للأمّة وتحذيراً لها من هذا الذنب العظيم والجرم الوخيم أعاذنا الله جميعاً منه
Di antara perkara yang mendatangkan ketakutan terhadap kesyirikan, wahai hamba-hamba Allah, adalah riwayat-riwayat sahih dalam banyak hadis dari Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam yang mana beliau mengabarkan bahwa ada sebagian umat, yakni umat beliau shallallāhu ʿalaihi wa sallam, yang akan kembali menyembah berhala.
Ini disebutkan dalam banyak hadis, di antaranya riwayat sahih dalam Sunan Abu Dawud dan lainnya dari Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga berbagai kabilah dari umatku bergabung dengan kaum musyrikin dan hingga kabilah-kabilah di tengah umatku menyembah berhala.” Disebutkan dalam hadis lain bahwa beliau shallallāhu ʿalaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai-sampai jika mereka masuk ke lubang dhabb (kadal gurun), kalian pun akan masuk ke dalamnya.” Semua itu disampaikan oleh Rasulullah shallallāhu ʿalaihi wa sallam sebagai nasihat bagi umatnya dan peringatan terhadap dosa besar dan kejahatan berat ini. Semoga Allah melindungi kita semua dari hal itu.
عباد الله : ومما يجلب الخوف من الشرك أن المشرك – عياذاً بالله – ليس بينه وبين النار إلا أن يموت ، وتأمّلوا في ذلك قول النبي عليه الصلاة والسلام والحديث في صحيح البخاري قول النبي عليه الصلاة والسلام ((مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ )) . قال العلماء رحمهم الله: في هذا الحديث دلالة على أن النار قريبة من المشرك ؛ أي ليس بينه وبينها إلا أن يموت . كل هذه الدلائل – عبادَ الله – تدعو المؤمن إلى أن يخاف من الشرك خوفاً عظيما ، ثم إن هذا الخوف يحرك في قلبه معرفة هذا الذّنب الوخيم ليكون منه على حذر وليتقيه في حياته كلها ، ولهذا جاء في صحيح البخاري عن حذيفة بن اليمان رضي الله عنه قال: ((كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي )) . اللهم أعذنا من الشرك يا رب العالمين، اللهم أعذنا من الشرك يا ذا الجلال والإكرام، اللهم إنا نعوذ بك أن نشرك بك ونحن نعلم ونستغفرك لما لا نعلم ، اللهم إنا نسألك توحيداً خالصا وإيماناً راسخا، اللهم إنا نعوذ بك أن نَضِل أو نُضَل يا ذا الجلال والإكرام ، اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفة والغنى. أقول هذا القول وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب فاستغفروه يغفر لكم إنه هو الغفور الرحيم
Wahai hamba-hamba Allah, di antara perkara yang mendatangkan ketakutan terhadap kesyirikan —semoga Allah melindungi kita semua darinya— bahwa tidak ada sesuatu pun yang menghalangi antara diri seseorang dengan neraka kecuali kematian.
Mengenai hal ini, renungkanlah sabda Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam dan sebuah hadis sahih dalam Shahih Bukhari di mana Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyeru (berdoa) kepada sesembahan selain Allah, maka ia akan masuk neraka.”
Para ulama raḥimahumullāh berkata bahwa dalam hadis ini menunjukkan bahwa neraka itu dekat dengan kesyirikan. Artinya bahwa tidak ada pemisah antara seseorang dengannya kecuali kematian. Semua adalah dalil, wahai hamba Allah, yang mengajak kaum mukmin untuk takut kepada kesyirikan dengan sebesar-besarnya rasa takut, yang mana rasa takut itu kemudian akan menggerakkan dalam hatinya untuk mengetahui tentang dosa besar tersebut, sehingga ia senantiasa waspada dan hati-hati di sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, disebutkan dalam Shahih Bukhari dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallāhu ʿanhu yang pernah berkata: “Dahulu orang-orang biasanya bertanya kepada Rasulullah shallallāhu ʿalaihi wa sallam tentang kebaikan, sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir kejelekan itu akan menimpaku.” Ya Allah, lindungilah kami dari kesyirikan, wahai Tuhan semesta alam! Ya Allah, lindungilah kami dari kesyirikan, wahai Zat Pemilik keagungan dan kemuliaan. Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu mempersekutukan-Mu sedangkan kami mengetahuinya, dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap yang tidak kami ketahui. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu tauhid yang murni dan iman yang teguh. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu agar tidak tersesat atau disesatkan, wahai Zat Pemilik keagungan dan kemuliaan. Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kekayaan. Aku cukupkan perkataanku ini dan aku meminta ampun kepada Allah untukku, kalian, dan seluruh kaum muslimin dari setiap dosa. Mintalah ampun kepada-Nya karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
الخطبة الثانية
الحمد لله عظيم الإحسان ، واسع الفضل والجود والامتنان ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ؛ صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أما بعد عباد الله : فقد دلت نصوص الكتاب والسنة أن الشرك نوعان : أكبر وأصغر ، وهما يختلفان في الحد والحكم : أما حدُّ الشرك الأكبر : فهو أن يُسوَّى غيرَ الله بالله سواء في الربوبية أو الأسماء والصفات أو الألوهية ، فمن سوَّى غير الله بالله في شيء من خصائص الله فإنه يكون بذلك أشرك بالله شركاً أكبر ينقل صاحبَه من ملة الإسلام . أما حدُّ الشرك الأصغر : فهو ما جاء في النصوص وصفه بأنه شرك ولا يبلغ حد الشرك الأكبر ؛ كالحلف بغير الله، وقول ما شاء الله وشئت ، وقول لولا كذا لكان كذا وكذا ، ونحو ذلك من الألفاظ التي فيها شرك لا يقصده قائلها
Khotbah Kedua:
Segala puji bagi Allah yang agung kebaikan-Nya dan luas karunia, kemurahan, dan kedermawanan-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Semoga selawat dan salam penghormatan Allah terlimpahkan kepadanya dan keluarganya serta seluruh Sahabat beliau.
Adapun berikutnya, wahai hamba-hamba Allah, nas-nas Al-Qur’an dan Sunnah telah menunjukkan bahwa kesyirikan terbagi menjadi dua jenis: (1) Syirik akbar (syirik besar) dan (2) syirik asghar (syirik kecil), yang mana keduanya berbeda dalam definisi dan hukumnya.
Adapun definisi syirik akbar adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam ketuhanan-Nya (bahwa Allah adalah Tuhan, pent.), nama-nama dan sifat-sifat-Nya, maupun keilahian-Nya (bahwa Allah adalah sesembahan, pent.). Barangsiapa yang menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan Allah, maka dia telah mempersekutukan Allah dengan syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Adapun definisi syirik kecil adalah segala yang dideskripsikan dalam nas syariat bahwa itu adalah kesyirikan tetapi tidak sampai pada batas syirik besar, seperti bersumpah dengan selain Allah, mengucapkan “dengan kehendak Allah dan kehendakmu,” mengucapkan “Kalau bukan karena ini dan itu, niscaya akan terjadi ini dan itu,” dan ungkapan-ungkapan semisalnya yang mengandung kemusyrikan yang sebenarnya tidak dimaksudkan oleh si penuturnya.
وأما من حيث الحكم في الآخرة ؛ فإنهما يختلفان : فالشرك الأكبر صاحبه مخلدٌ في النار أبد الآباد لا يُقضى عليه فيموت ولا يخفَّف عنه من عذابها ، وأما الشرك الأصغر فشأنه دون ذلك ، وإن كان في وضعه هو أكبر من الكبائر كما قال عبد الله بن مسعود رضي الله عنه : ((لأَنْ أَحْلِفَ بِاللَّهِ كَاذِبًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ صَادِقاً )) ؛ لأن في الحلف بغير الله صادقا شرك بالله عز وجل ، وفي الحلف به كاذبا وقوع في كبيرة الكذب ، ولا تقارن الكبيرة بالشرك ؛ وهذا من فقه الصحابة رضي الله عنهم
Adapun hukum di akhirat, maka bedanya bahwa syirik besar pelakunya kekal di dalam neraka kekal selamanya tanpa dicabut nyawanya sehingga meninggal maupun diringankan azabnya. Adapun syirik kecil, maka di bawah itu, meskipun kedudukan syirik kecil ini lebih besar daripada dosa-dosa besar, sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallāhu ʿanhu, “Sungguh aku bersumpah dengan nama Allah padahal dusta lebih aku sukai daripada harus bersumpah dengan nama selain-Nya padahal jujur.” Ini karena bersumpah dengan nama selain Allah meskipun jujur adalah bentuk mempersekutukan Allah sementara sumpah dusta merupakan dosa besar karena kedustaan, sementara dosa besar tidaklah sebanding dengan syirik. Inilah bagaimana kecerdasan para Sahabat —semoga Allah meridai mereka—.
ثم عباد الله إن هذه المسألة – أعني مسألة الشرك ومعرفته – هي من أعظم الأمور التي ينبغي أن نُعنى بها ، ولما جهِل كثيرٌ من الناس هذا الأمر العظيم وقعوا في أعمال وأمور هي من الشرك يجهلون حقيقة أمرها ، وربما لُبِّس على بعضهم بأسماءٍ ونحوها صُرفوا بها عن العبادة الخالصة لله إلى أنواع من الأعمال المحرمة بل إلى أنواع من الأعمال الشركية عياذاً بالله. هذا ؛ وإنا لنسأل الله تبارك وتعالى أن يُبَصِّرنا جميعا بدينه ، وأن يوفقنا جميعا لاتباع سنة نبيه عليه الصلاة والسلام ، وأن يهدينا إليه صراطا مستقيما . وصلوا وسلموا رعاكم الله على إمام الموحدين وقدوة عباد الله أجمعين محمد بن عبد الله كما أمركم الله بذلك في كتابه فقال: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا))
Kemudian, wahai hamba-hamba Allah, masalah ini, yakni masalah kesyirikan dan pengetahuan tentangnya adalah salah satu perkara terbesar yang harus kita perhatikan, karena banyaknya manusia yang tidak mengetahui masalah penting ini, sehingga mereka terjerumus dalam perbuatan dan perkara yang termasuk kesyirikan yang tidak mereka ketahui hakikatnya.
Mungkin juga sebagian manusia terkecoh dengan nama-nama tertentu atau hal-hal lain yang ternyata itu sebenarnya memalingkan dari ibadah yang murni kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā kepada berbagai jenis amalan terlarang, bahkan kepada jenis-jenis syirik —semoga Allah melindungi kita—.
Demikian, kami memohon kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā agar mencerdaskan kita semua tentang agama-Nya, memberi kita semua taufik untuk mengikuti sunnah Nabi-Nya shallallāhu ʿalaihi wa sallam, dan membimbing kita ke jalan yang lurus.
Marilah kita berselawat dan salam —semoga Allah memelihara kalian— kepada imamnya para muwahid dan teladan pada hamba-hamba Allah semua, Muhammad putra Abdullah, sebagaimana yang Allah Subẖānahu wa Taʿālā perintahkan kepada kalian dalam kitab-Nya dalam firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam juga bersabda, “Barang siapa berselawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan berselawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديين أبي بكر وعمر وعثمان وعلي ، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ، وعنا معهم بمنك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين
Ya Allah, limpahkanlah selawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah limpahkan selawat untuk Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sungguh, Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia, dan limpahkanlah berkah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah limpahkan berkah untuk Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sungguh, Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, ridailah para khalifah yang terbimbing dan para imam yang mendapat petunjuk, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta ridailah juga para sahabat seluruhnya, para tabiin, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat, demikian juga kami beserta mereka semua dengan karunia, kedermawanan, dan kebaikan-Mu, wahai Zat Yang paling dermawan.
اللهم أعز الإسلام والمسلمين ، وأذل الشرك والمشركين ، ودمر أعداء الدين ، اللهم انصر إخواننا المجاهدين الذين يجاهدون في سبيلك في كل مكان ، اللهم كن لهم ناصراً ومؤيدا وحافظا ومعينا ، اللهم وعليك بأعداء الدين فإنهم لا يعجزونك ، اللهم إنا نجعلك في نحورهم ونعوذ بك اللهم من شرورهم . اللهم آمنا في أوطاننا وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا واجعل ولايتنا في من خافك واتقاك واتبع رضاك يا رب العالمين . اللهم وفق ولي أمرنا لهداك واجعل عمله في رضاك . اللهم آت نفوسنا تقواها ، زكها أنت خير من زكاها أنت وليها ومولاها ، اللهم اغفر لنا ولوالدينا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات ، اللهم اغفر لنا ذنبنا كله دقه وجله أوله وآخره سره وعلنه
Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum muslimin, hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin, dan binasakan musuh-musuh Islam.
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami, para mujahid, yang berjihad di jalan-Mu di mana pun mereka berada.
Ya Allah, jadilah Penolong, Penyokong, Penjaga, dan Pembela mereka! Ya Allah, kami serahkan kepada-Mu musuh-musuh agama ini, sesungguhnya mereka tidak akan mampu melemahkan-Mu.
Ya Allah, kami jadikan Engkau Pelindung kami dari mereka dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan-keburukan mereka.
Ya Allah, berilah kami keamanan di tanah air kami, perbaikilah para pemimpin kami dan para pemegang kekuasaan kami, dan serahkan negeri kami kepada orang yang takut dan bertakwa kepada-Mu serta mengikuti rida-Mu, wahai Tuhan semesta alam.
Ya Allah, berilah taufik untuk pemimpin kami kepada petunjuk-Mu dan jadikan tindakan mereka selalu dalam rida-Mu.
Ya Allah, berikanlah kepada jiwa-jiwa kami ketakwaannya dan sucikanlah ia karena Engkaulah sebaik-baik Zat Yang Mensucikannya, Engkaulah Penjaganya dan Pelindungnya.
Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan umat Islam yang laki-laki dan yang perempuan, baik mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosa kami, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, dan yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.
Sumber: