Khutbah Pertama:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ.
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Siapa yang bertakwa, Allah akan menjaganya. Siapa yang bertakwa, Allah akan memberi jalan keluar untuknya dan memberinya kecukupan. Siapa yang bertakwa, Allah akan mudahkan urusannya dan mewujudkan cita-citanya. Dan siapa yang bertakwa, Allah akan jauhkan ia dari keburukan dari setiap Langkah yang ia kerjakan.
Ibadallah,
Hari-hari terus berganti. Dan saat ini kita berada di hari terbaik sepanjang masa. Kita berada di sepuluh hari awal bulan Dzul Hijjah. Hari-hari yang Allah agungkan dan muliakan. Siapapun yang beramal shaleh di hari-hari ini, maka ia mendapat pahala berlipat ganda. Karena itu, kita berharap kepada Allah at-taufik, agar Dia memberi petunjuk kepada kita untuk mengerjakan amal shaleh di hari-hari ini. Sebagaimana Dia telah menyampaikan usia kita bertemu dengan hari-hari yang mulia ini.
Pada sepuluh hari ini terdapat hari tarwiyah, yaitu hari ke-8 di bulan Dzul Hijjah ini. Hari dimana jamaah haji dijamu dengan minuman. Setelah itu hari Arafah, tanggal 9 Dzul Hijjah, hari dimana Allah menyempurnakan agama dan nikmatnya kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian untuk kita semua. Pada hari Arafah inilah, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya,
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” [Quran Al-Maidah: 3].
Berikutnya tanggal 10 Dzul Hijjah, yamun nahr, hari menyembelih, hari haji akbar. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, ia mengatakan,
أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وقف يومَ النَّحرِ بين الجمَراتِ في الحجَّةِ الَّتي حجَّ فيها . فقال : أيُّ يومٍ هذا ؟ فقالوا : هذا يومُ النَّحرِ ، فقال : هذا يومُ الحجِّ الأكبرِ
“Pada hari an-nahr (hari menyembelih yaitu tanggal 10 Dzul Hijjah), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di antara jamarat saat beliau menunaikan ibadah haji. Beliau bertanya, ‘Hari apa ini’? Orang-orang menjawab, ‘Ini adalah hari an-nahr’. Lalu beliau bersabda, ‘Ini adalah hari haji akbar’.” [HR. Al-Bukhari 1742].
Hari sepuluh ini adalah hari an-nahr, hari haji akbar, dan hari Idul Adha. Hari ini adalah hari terbaik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ أفضلَ الأيَّامِ عندَ اللَّهِ يومُ النَّحرِ ثمَّ يومُ القَرِّ
“Sesungguhnya hari paling utama di sisi Allah adalah hari an-nahr. Kemudian hari al-qar.” [HR. Abu Dawud 1765].
Allah bersumpah dengan menyebut hari ini dan hari Arafah. Kita sama-sama mengetahui, sesuatu yang digunakan oleh Allah Ta’ala untuk bersumpah menunjukkan bahwa sesuatu tersebut adalah hal yang mulia. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱلْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ * وَٱلشَّفْعِ وَٱلْوَتْرِ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil.” [Quran Al-Fajr: 1-3]
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن العشر عشر الأضحى، والوتر يوم عرفة، والشفع يوم النحر
“Sesungguhnya hari yang ke sepuluh adalah hari Idul Adha. Yang ganjil adalah hari Arafah. Dan yang genap adalah hari menyembelih.” [HR. An-Nasai].
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ.
Kaum muslimin jamaah yang dimuliakan Allah,
Pada saat ini, sebagian saudara-saudara kita kaum muslimin tengah melaksanakan ibadah haji. Berkumpulnya jutaan jamaah haji di tanah suci, di Arafah, di Mudalifah, di Mina dan tempat-tempat haji lainnya adalah gambaran kecil dari suasana hari akhirat. Dimana semua manusia dalam posisi sama di hadapan Rab mereka. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan miskin. Tua maupun muda. Kulit hitam dan putih. Yang membedakan adalah takwa.
Oleh karena itu, haji itu menjadi simbol kestaraan. Saat haji itulah perbedaan sirna. Di saat haji, seseorang harus menanggalkan jabatan, status sosial, dan popularitas yang dia miliki. Inilah syiar ibadah haji. Demikian juga kita yang berada di tanah air. Syiar-syiar kesetaraan yang ada pada ibadah haji ini, kita rasakan juga di hari-hari haji ini walaupun kita tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Buang perbedaan pilihan di masa politik. Tanggalkan dulu jabatan dan status sosial. Lupakan bendera organisasi yang kita kibarkan. Karena hari ini adalah hari persatuan. Hari kesetaraan. Tidak ada keunggulan satu manusia dibanding manusia yang lain di sisi Allah, kecuali takwa.
Allah tidak memuliakan kita dengan meninggikan derajat kita di akhirat gara-gara kita seorang pejabat. Gara-gara mengalir di tubuh kita nasab darah biru. Gara-gara kita lebih kaya. Gara-gara kita lebih popular dan terkenal. Gara-gara fisik kita lebih menawan dan pakaian kita lebih mahal, tidak. Allah meninggikan derajat kita di akhirat karena takwa kita. Yaitu sejauh mana kita menaati Allah dan menjauhi apa yang Dia larang.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ أَنْتُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ لَيَدَعَنَّ رِجَالٌ فَخْرَهُمْ بِأَقْوَامٍ إِنَّمَا هُمْ فَحْمٌ مِنْ فَحْمِ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجِعْلَانِ الَّتِي تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتِنَ
“Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan ala Jahilliyah dan kebanggaan kalian dengan nenek moyang. (Yang ada adalah) orang beriman yang bertakwa dan orang yang jahat yang sengsara. Kalian adalah anak cucu Adam, dan Adam tercipta dari tanah. Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan mereka terhadap kaumnya; sebab mereka hanya (akan) menjadi arang jahannam, atau di sisi Allah mereka akan menjadi lebih hina dari serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya.” [Abu Daud 4452].
Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Quran Al-Hujurat: 13].
عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku [orang] yang pernah mendengar khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di tengah-tengah hari tasyriq. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia! Ingatlah Rabb kalian satu. Dan kalian berasal dari orang tua yang sama (Adam dan Hawa)
Ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang non-Arab. Demikian juga yang non Arab melebihi orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.” [HR. Ahmad No: 22391].
Dalam agama kita, yang mulia itu bukan dari tampilan zahir. Akan tetapi nilai seseorang itu tergantung ketakwaan yang terpatri dalam hatinya dan dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” [HR. Muslim No: 4651].
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ.
Jamaah Sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Syiar yang terpenting juga dalam ibadah haji dan hari-hari haji ini adalah syiar tentang tauhid. Syiar inti dari ajaran agama kita. yaitu mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Kita benar-benar berserah diri kepada Allah dengan menauhidkannya, tunduk dan patuh kepada Allah penuh ketaatan. Serta kita tidak berpihak kepada kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik.
Kita mengesakan Allah dalam haji kita, sholat kita, dan dalam kurban yang kita lakukan. Tidak ada di hati kita dengan ibadah tersebut berharap pujian manusia, ingin dilihat manusia, ingin mendapat status sosial. Ingin disebut sebagai seorang dermawan yang rajin kurban. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” [Quran Al-Hajj: 37]
Allah menerima kurban seseorang tatkala di hatinya murni bahwa ibadah tersebut hanya ditujukan untuk memperoleh keridhaan Allah Ta’ala. Inilah tauhid.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Tauhid adalah ibadah yang paling agung. Tidak ada amalan lain yang dapat menandinginya. Ibadah yang sangat besar pahalanya dan mampu menghapuskan dosa-dosa. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu bercerita tentang isra’ mi’raj-nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لما أُسْرِيَ برسولِ اللهِ… …فأُعْطِيَ ثلاثًا : الصلواتُ الخمسُ ، وخواتيمُ سورةِ البقرةِ ، ويُغْفَرُ لمَن مات مِن أمتِه لا يُشْرِكُ باللهِ شيئًا المُقْحِمَاتُ.
“Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperjalankan dalam isra’ mi’raj… …Beliau diberikan tiga hal: Syariat sholat lima waktu, wahyu akhir surat Al-Baqarah, dan bahwasanya ampunan untuk orang-orang yang meninggal dari kalangan umat beliau yang mereka itu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan al-muqhimat.” [HR. An-Nasai 451].
Para ulama menjelaskan yang dimaksud al-muqhimat adalah dosa besar yang menyebabkan seseorang dijebloskan ke dalam neraka.
Artinya, dosa besar tersebut juga mendapatkan ampunan tatkala seseorang mentauhidkan Allah.
Karena itu, hendaknya kita serius dalam mentauhidkan Allah dan menjauhi segala sesuatu yang dikategorikan sebagai bentuk kesyirikan. Dan ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh seseorang kecuali dengan belajar agama. Mempelajari apa yang dimaksud tauhid dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan. Serta mengenali segala macam bentuk kesyirikan sehingga ia bisa menghindarinya.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ عَلَى نَبِيِّ الرَحْمَةِ وَالهُدَى، كَمَا أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّكُمْ جَلَّ وَعَلَا، فَقَالَ عَزَّ مَنْ قَائِلٌ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً }.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا وَقُدْوَتِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ!
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَةَ المُسْلِمِيْنَ فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ!!
اَللَّهُمَّ وَلِّ عَلَى المُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ خِيَارَهُمْ، وَأَصْلِحْ قُادَتَهُمْ وَعُلَمَاءَهُمْ وَشَبَابَهُمْ وَنِسَاءَهُمْ، يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ!
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا سَعِيْداً، وَعَمَلَنَا صَالِحاً رَشِيْداً.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلَامِ، وَجَنِّبْهُمْ الفَوَاحِشَ وَالفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْهِمُ الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِهِمْ، وَكَرِّهْ إِلَيْهِمُ الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ.
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ حُجَّاجِ بَيْتِكَ الحَرَامِ مَنَاسِكَهُمْ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ! اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الإِتْمَامِ، وَارْزُقْهُمْ القُبُوْلَ وَالتَّوْفِيْقَ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ! اَللَّهُمَّ أَعِدْهُمْ إِلَى بِلَادِهِمْ سَالِمِيْنَ غَانِمِيْنَ مَأْجُوْرِيْنَ غَيْرُ مَأْزُوْرِيْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الحَمْدُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُنْيَا حَسَنَةً، وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ! رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ! وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَحِيْمُ، وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبُّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْن، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KhotbahJumat.com