Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Jalan Kebenaran

Khotbah Jumat Masjid an-Nabawi: Nikmatnya Rasa Aman dan Cara Mewujudkannya

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ ذِيْ المَجْدِ وَالكَرَمِ، وَالعَظَمَةِ وَالكِبْرِيَاء،ِ وَلِيِّ النُعَمَاءِ، أَهْلِ الْحَمْدِ فِي السَرَّاءِ وَالضَرَّاءِ، أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الأَرْضِ وَالسَّمَاءِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوْثُ بِالحَنِيْفِيَّةِ السَمَحَاءِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ البَرَرَةِ اَلْأَتْقِيَاءِ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَاتَّقُوْا اللهَ بِطَاعَتِهِ؛ فَتَقْوَى اللهِ خَيْرُ زَادٍ، وَمَا تَمَسَّكَ بِهَا أَحَدٌ إِلَّا فَازَ بِخَيْرَاتِ الدُنْيَا، وَأَفْلَحَ يَوْمَ المَعَادِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا﴾ [الطلاق: 5].

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah dengan menaati-Nya. Karena takwa adalah sebaik-baik perbekalan. Tidaklah seorang pun berpegang dengan takwa kecuali dia akan mendapat kebaikan di dunia dan kesuksesan di akhirat tempat kembali. Allah ﷻ berfirman,

﴿وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا﴾

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS:Ath-Thalaaq | Ayat: 5).

Ayyuhannas,

Sebutkan nikmat-nikmat Allah yang Dia berikan kepada Anda. Di sisi lain betapa banyak perbuatan buruk apa yang telah kita lakukan. Betapa mulianya Dia. Betapa agungnya Dia. Betapa luasnya kasih sayang-Nya. Dan betapa bijaksananya syariat-Nya.

Di antara bentuk kasih sayang-Nya, Dia menyariatkan kepada hamba-hamba-Nya segala sesuatu yang bermanfaat, membuat para hamba bahagia, dan mereka sukai. Yaitu kehidupan yang baik dan aman. Allah menyariatkan kepada hamba-hamba-Nya cara-cara yang dapat mewujudkan keamanan, kenikmatan hidup, dan ketenangan. Ia menyariatkan bagaimana cara hidup yang mulia. allah ﷻ berfirman,

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ﴾

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS:Al-Anfaal | Ayat: 24).

Keamanan adalah bentengnya Islam. Orang-orang Islam adalah mereka yang hidup dengan tenang. Benteng itu menjaga kaum muslimin dari musuh-musuh mereka. Dan umat Islam menjaga benteng itu agar tidak runtuh dirusak oleh para perusak. Keamanan adalah pagarnya Islam. Pagar yang menjaga kaum muslimin. Menghalangi musuh para perusak untuk mengganggu mereka. Dan menjaga dari pengacau.

Orang-orang Islam bersemangat menjaga pagar itu agar tidak roboh. Menjaganya agar tidak rusak dan binasa. Dengan tetap kokohnya benteng, maka perintah Allah untuk menjaga agama, darah, kehormatan, harta, saling bertukar manfaat, bebas melakukan aktivitas kehidupan dengan penuh gairah, menjaga garis batas negara, menunaikan kebutuhan, dan menggapai rezeki bisa terwujud.

Allah ﷻ berfirman,

﴿أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ﴾

“Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS:Al-Qashash | Ayat: 57).

Dari Ubaidullah bin Mihshan radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Keamanan berdampingan dengan keimanan dan keadilan Islam. Dari Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu ‘anhu, apabila Nabi ﷺ melihat hilal beliau berdoa,

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللهُ، هِلاَلَ خَيْرٍ وَرُشْدٍ

“Ya Allah terbitkanlah hilal kepada kami dengan keamanan, keimanan, keselataman, dan Islam, Robku dan Rabmu adalah Allah, hilal kebaikan dan petunjuk.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata; Hadits hasan).

Keamanan adalah ketenangan dalam menunaikan agama. Keamanan adalah ketenangan dalam jiwa. Ketenangan dalam kehormatan. Ketenangan dalam harta. Terjaganya barang-barang dan hak-hak privasi. Keamanan akan membuat tenang di jalanan. Hilang rasa khawatir dan takut. Keamanan memunculkan rasa ketenangan batin yang dituntunkan Islam. Dengan keamanan, kenyamanan tidak tersia-sia dan ternodai.

Keamanan adalah bagian dari Islam. Syariat Islam datang untuk memberi jaminan keamanan kepada seorang muslim, baik ketika mereka masih hidup maupun setelah meninggal. Menjamin kehidupan mereka adalah kehidupan yang baik dan aman. Allah ﷻ berfirman,

﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS:An-Nahl | Ayat: 97).

Mentauhidkan Allah Rabb semesta alam adalah kewajiban yang pertama. Siapa yang mewujudkan tauhid dalam kehidupan, maka Allah akan memberi keamanan dan hidayah. Allah menjaga mereka dari hukuman perbuatan syirik di dunia dan melindungi mereka dari ketakutan di akhirat. Allah ﷻ berfirman mengisahkan Nabi Ibrahim ﷺ:

﴿قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ (80) وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (81) الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ﴾

Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku”. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?” Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS:Al-An’am | Ayat: 80-82).

Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

فَمَنْ سَلِمَ مِنْ أَجْنَاسِ الظُّلْمِ الثَلَاثِ: الشِرْكِ، وَظُلْمِ العِبَادِ، وَظُلْمِهِ لِنَفْسِهِ بِمَا هُوَ دُوْنَ الشِّرْكِ، كَانَ لَهُ الأَمْنُ التَامُّ وَالْاِهْتِدَاءُ التَامُّ، وَمَنْ لَمْ يَسْلَمْ مِنْ ظُلْمِهِ لِنَفْسِهِ، كَانَ لَهُ الأَمْنُ وَالِاهْتِدَاءُ مُطْلَقًا

“Barangsiapa selamat dari tiga kezhaliman yang najis: syirik, menzhalimi manusia, dan menzhalimi diri sendiri -selain kesyirikan-, maka baginya keamanan dan petunjuk yang sempurna. Siapa yang tidak terlepas dari menzhalimi dirinya sendiri, maka baginya hanya keamanan dan petunjuk secara umum.”

Yakni keselamatan sebatas penjagaan dia terhadap dosa menzhalimi diri sendiri selain syirik itu. Allah ﷻ berfirman,

﴿لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ﴾

Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. (QS:Al-Anbiyaa | Ayat: 103).

Sebab-sebab terciptanya keamanan adalah seseorang mengamalkan syariat Islam. Karena syariat Islam menjamin hak-hak Allah ﷻ, hak-hak manusia, menjaga dari dosa, perbuatan keji, kezaliman, dan permusuhan. Allah ﷻ berfirman,

﴿وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ﴾

“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).” (QS:Al-‘Ankabuut | Ayat: 45).

Dan firman-Nya juga,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS:An-Nahl | Ayat: 90).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ، اَلتَّقْوَى هَاهُنَا (وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ). بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ. كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ.

“Janganlah kalian saling iri hati, saling menawar harga lebih tinggi untuk menipu pembeli lain (tanajasy), saling membenci, saling memusuhi, dan janganlah sebagian kalian menjual barang untuk merusak transaksi jual beli pihak lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, maka dia tidak boleh menzhaliminya, mencampakkannya, dan tidak boleh pula menghinakannya. Takwa itu ada di sini (sambil beliau menunjuk ke dadanya, tiga kali). Cukuplah bagi seseorang melakukan kejahatan dengan menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darah, harta, dan kehormatannya’.” (HR. Muslim).

Nabi ﷺ bersabda,

لاَ تَظْلِمُوا أَهْلَ الذِّمَّةِ

“Janganlah kalian menzhalimi ahlu adz-Dzimmah.”

Allah menjadikan keamanan sebagai syarat sebagian ibadah dan hokum. Allah ﷻ berfirman dalam penunaian ibadah shalat dengan tanpa adanya rasa takut.

﴿فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا﴾

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 103).

Zakat juga tidak dipaksakan terhadap harta yang tampak, buah-buah, dan panen kecuali dengan terwujudnya keamanan. Allah ﷻ berfirman tentang ibadah haji.

﴿فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ﴾

Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ´umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 196).

Dan ibadah akan lebih sempurna ketika berada dalam keadaan aman disbanding saat berada dalam ketakutan. Allah ﷻ berfirman,

﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS:An-Nuur | Ayat: 55).

Di antara sebab terwujudnya keamanan adalah masyarakat bergotong royong menjaga keamanan dari orang-orang yang merusak. Menjaga lingkungan dari pelaku kejahatan dan permusuhan. Menegakkan amar makruf dan nahi mungkar. Karena amar makruf dan nahi mungkar akan menyebarkan semua kebaikan dan keutamaan. Serta menghilangkan keburukan dan kerusakan.

Kemudian menyemarakkan kegiatan-kegiatan pengajian dan pendidikan. Mengingatkan masyarakat dari bid’ah dan hal-hal yang diharamkan. Allah ﷻ berfirman,

﴿وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS:Ali Imran | Ayat: 104).

Dari Abu Said al-Khudry radhiallahu ‘anhu,

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْـخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنَ لَـمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْـمَـانِ».

“Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman’.” (HR. Muslim).

Di antara sebab terbesar terwujudnya keamanan adalah kuatnya pemerintahan. Dan tegasnya sikap pemerintah terhadap orang-orang yang melanggar hukum. Kemudian kemampuan pemerintah mencegah kerusakan di wilayahnya sesuai dengan syariat yang mulia. Orang-orang yang zhalim dicegah kezhaliman dan permusuhan mereka. Walaupun mereka orang Islam. Orang-orang kafir yang dijamin keamanannya dan ahli kitab dijamin kebebasan beragama mereka. Karena keburukan dan kekufuran mereka untuk mereka sendiri selam mereka tidak menzhalimi orang lain.

Seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Utsman radhiallahu ‘anhu mengatakan,

إِنَّ اللهَ يَزَعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لَا يَزَعُ بِالْقُرْآنِ

“Sesungguhnya Allah mencegah maksiat dengan kekuasaan, yang tidak bisa dicegah dengan dakwah.”

Alangkah baiknya keadaan suatu masyarakat apabila agama ini tersebar dengan kuat. Pemerintah juga kuat. Keadaan demikian adalah keadaan yang terbaik dari sisi dunia dan akhirat.

Kemudian keadaan yang kebaikannya dibawah ini adalah kuatnya pemerintah namun tersebarnya agama di tengah-tengah masyarakat tidak kuat. Maka pemerintah dapat memperkuatnya. Ia bisa menindak orang-orang yang melanggar aturan. Dalam keadaan ini umat berada di jalan kesuksesan.

Mempelajari hukum-hukum syariat dan mengamalkannya. Kita saksikan dan kita ketahui banyak kaum muslimin setelah masa yang panjang, mereka tidak menuntut kezhaliman dalam masalah darah, kehormatan, harta, atau hak-hak yang dilanggar. Tidak ada yang menandingi syariat Islam dalam memenuhi hak-hak masyarakat. Mereka bersuka cita dengan keamanan dan keimanan. Mereka menikmati kehidupan yang nyaman. Siapa yang menerapkan hukum syariat dalam kehiduapannya, maka tidak ada cela untuknya. Benarlah Rasulullah ﷺ yang telah bersabda,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim (yang baik) adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keamanan itu merupakan buah dari penjagaan terhadap syariat. Buah dari perhatian terhadapnya dengan perhatian yang serius. Karena Allah ﷻ telah menjanjikan manfaat dunia dan akhirat. Ketika seseorang melanggar syariat dengan melakukan perzinahan atau homo seksual, maka pemerintah menindak mereka agar terjaganya kehormatan, kemuliaan, dan nasab. Ketika memang hal tersebut terbukti dan diakui oleh pelakunya.

Ketika ada yang mencoba merusak kemanan dengan melakukan pencurian. Maka orang tersebut juga ditindak demi terjaganya harta. Apabila ada yang mengonsumsi sesuatu yang minuman memabukkan atau narkoba, maka ia telah merusak keamanan. Ditegakkan hokum kepada mereka agar terjaga akal manusia.

Apabila ada yang membunuh, pemerintah menegakkan qishash terhadap mereka agar darah dan jiwa itu terlindungi. Apabila ada orang membunuh kemudian merampok dan merusak harta orang lain, maka pemerintah wajib melaksanakan firman Allah ﷻ,

﴿إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (33) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 33-34).

Barangsiapa yang menantang Allah dan Rasul-Nya, maka ia berada dalam kehinaan selamanya.

Syariat berfungsi menjaga masyarakat dari kejahatan musuh yang ingin merenggut nikmat keamanan. Juga berfungsi melebur dosa. Barangsiapa yang bertaubat, makaA llah menerima taubatnya. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi kesalahannya. Allah tidak merugikan seorang pun. Hisab mereka atas Allah.

Ketika Allah menganugerahkan keamanan pada suatu masyarakat, maka menjadi mudahlah rezeki mereka. Aktivitas masyarakat lebih menggeliat. Harta tersebar. Urusan bisa terselesaikan. Hidup menjadi nyaman. Jiwa, harta, dan kehormatan menjadi terjaga. Namun apabila keamanan hilang, maka kehidupan berubah menjadi tidak menentu. Allah ﷻ berfirman,

﴿وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ﴾

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS:An-Nahl | Ayat: 112).

Keamanan merupakan kesempurnaan agama. Dan merupakan tujuan dari syariat yang agung ini.

Dari Khabbab bin al-Arat radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ فَقُلْنَا أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلَا تَدْعُو لَنَا فَقَالَ قَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهَا فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ فَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَاللَّهِ لَيَتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرُ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Kami mengeluh kepada Rasulullah ﷺ ketika beliau sedang berbaring di bawah bayangan Ka’bah, berbantalkan kain yang beliau miliki, lalu kami berkata, “Tidakkah engkau memohon pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau mendoakan kami?”

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh ada di antara orang-orang yang beriman sebelum kalian yang ditangkap. Kemudian digalikan tanah dan ditanam di sana. Dibawakan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya. Setelah itu orang itu dibelah dua. Daging dan urat yang berada di bawah kulit disisir dengan sisir besi. Namun itu semua tidak menghalanginya dari din (agama)nya. Demi Allah, agama ini akan sempurna, sehingga seorang pengendara bisa berjalan dari Shan’a sampai Hadramaut dalam keadaan tidak takut kecuali kepada Allah dan mengkhawatirkan (serangan) srigala pada kambingnya, akan tetapi kalian terlalu tergesa-gesa.” (HR. al-Bukhari).

Dan apa yang beliau kabarkan itu telah terjadi. Allah ﷻ berfirman,

﴿فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ﴾

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 152).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وَنَفَعَنَا بِهَدْيِ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَقَوْلِهِ القَوِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ القَوِيُّ المَتِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الأَمِيْنُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَقْوَى، وَاسْتَمْسِكُوْا مِنَ الإِسْلَامِ بِالعُرْوَةِ الوُثْقَى.

Ibadallah,

Sesungguhnya keamanan adalah nikmat yang besar. Sebagian orang ada yang mensyukurinya, mereka pun mendapat pahala bersyukur dari sisi Allah. Dia tambah lagi kenikmatan itu. Dan sebagian orang ada yang tidak mampu dan tidak bisa bersabar, maka mereka pun diharamkan dari keamanan itu. allah ﷻ berfirman,

﴿وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (9) وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ (10) إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ﴾

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: “Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku”; sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga, kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS:Huud | Ayat: 9-11).

Syariat Allah adalah sebuah kasih sayang dan keadilan. Keselamatan dan kebaikan. Keamanan dan keimanan. Nabi ﷺ bersabda,

الَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

“Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya dari seorang ibu terhadap anaknya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

عِبَادَ اللهِ:

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وقد قال – صلى الله عليه وسلم -: «من صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً صلَّى الله عليه بها عشرًا».

فَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى سَيِّدِ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ، وَإِمَامِ المُرْسَلِيْنَ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَسَلِّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرمِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.

﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].

اَللَّهُمَّ فَرِّجْ هَمَّ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنِ المَدِيْنِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ تَوَلَّ أَمْرَ كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ، وَأَمْرَ كُلَّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنِ المُسْلِمِيْنَ الفِتَنَ، اَللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنِ المُسْلِمِيْنَ مُضِلاَّتِ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ المُسْلِمِيْنَ فِي سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرْ المُسْلِمِيْنَ فِي الشَامِ، اَللَّهُمَّ أَطْفِئْ الفِتَنَ الَّتِي اشْتَعَلَتْ فِي بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، بِعَافِيَةٍ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ مِنْكَ لِلْإِسْلَامِ وَالمُسْلِمِيْنَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ. اَللَّهُمَّ احْفَظْ أَرَاضِيْنَا مِنَ المُعْتَدِيْنَ الظَالِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ أَرَاضِيْنَا مِنَ المُعْتَدِيْنَ الظَالِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ بِلَادَنَا مِنْ شَرِّ الظَالِمِيْنَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ جُنُوْدَنَا، وَسَدِّدْهُمْ وَوَفِّقْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُ لِهُدَاكَ، وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، وَأَعِنْهُ عَلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَوَفِّقْ نَائِبَيْهِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَلِمَا فِيْهِ الخَيْرُ لِلْإِسْلَامِ وَالمُسْلِمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا، وَأَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَأَجِرْنَا مِنَ خِزْيِ الدُنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ. اَللَّهُمَّ أَعِذْنَا وَأَعِذْ ذُرِيَّاتَنَا مِنَ إبِلْيِسَ وَشَيَاطِيْنِهِ وَجُنُوْدِهِ وَخُطُوَاتِهِ وَأَوْلِيَائِهِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، وَشَرَكِهِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، اَللَّهُمَّ أَعِذْ المُسْلِمِيْنَ مِنَ إِبْلِيْسَ وَذُرِّيَّتِهِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ.

عِبَادَ اللهِ:  ﴿إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: 90].  وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Ali bin Abdurrahman al-Hudzaifi (Imam dan Khotib Masjid an-Nabawi).
Judul asli: Ni’matul Amni wa Asbabuhu
Tanggal: 2 Dzil Qa’dah 1437 H

Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28